Sering pula wanita  melahirkan di bulan Ramadhan dan urusan tersebut dirasakan sebagai suatu kebajikan atau anugrah yang lebih mulia tetapi mempunyai hutang puasa sebab setelahnya merasakan masa nifas. Benarkan tentang hal tersebut? guna mempunyai pemahaman dan pengetahuan yang lebih mendalam, pada peluang kali ini pengarang akan membicarakan mengenai hukum perempuan melahiran di bulan Ramadhan. Yuk simak selengkapnya sampai selesai. Hukum Wanita Melahirkan di Bulan Ramadhan
Wanita yang  melahirkan  di bulan Ramadhan pasti  akan mengorbankan puasanya dimana perempuan  yang  melahirkan  setelahnya merasakan  masa nifas serta mesti menyusui bayinya. firman Allah mengenai  wanita mengaku  bahwa wanita pasti  akan merasa berat andai  harus berpuasa dimana proses  melahirkan  membutuhkan begitu tidak sedikit  tenaga dan kekuatan serta me sti  mendapat gizi bagus dan memiliki situasi  tubuh yang fit, sedangkan andai  berpuasa bisa jadi  akan merasa lemah di tubuhnya.
Begitu pun  dengan perempuan  nifas yang jelas jangan  berpuasa serta perempuan  menyusui yang anda  tahu bahwa perempuan  menyusui mempunyai  nafsu santap  dan nafsu minum yang lebih tinggi, serta perempuan  yang menyusui pasti  tak boleh berada dalam situasi  lemah karena  bila urusan  tersebut  terjadi akan dominan  pada pengeluaran ASI nya yang pun  akan dominan  pada kelahiran bayinya, sebab tersebut  mereka boleh menunda puasa dan mengubah  puasa setelahnya. Hukum itu  adalah wujud kasih sayang Allah untuk  wanita.
1. Berdasarkan keterangan dari  Rasulullah
wanita yang  melahirkan  di bulan Ramadhan tidak me sti  berpuasa karena  memang berada dalam situasi  dimana ia membutuhkan tidak sedikit  tenaga baik dari makanan dan minuman, pun  membutuhkan situasi  tubuh yang fit. doa nabi Yunus guna  ibu hamil bisa  dibaca sekitar  proses persalinan guna  memohon kekuatan dan kelancaran. Hal tersebut  juga berlaku sampai  tahap selanjutnya, yaitu  pada masa nifas dan menyusui.
islam menyayangi perempuan  dan mengetahui  setiap situasi  yang dialaminya, termasuk saat  berada dalam situasi  melahirkan dan menyusui yang memang tidak selayaknya bila  diberi beban  beban berat laksana  berpuasa, perempuan  melahrkan di bulan Ramadhan boleh guna  tidak berpuasa terlebih dahulu tetapi  tetap mengubah  atau mengqadhanya di hari lain saat  ia sudah  sanggup berpuasa.
2. Kisah Pada Jaman Rasulullah
di bulan Ramadhan ketika ibu melahirkan, mereka me sti  mengubah  hutang puasa, namun untuk  yang  melahirkan  dan menyusui tetap wajib guna  menjalankan ibadah shalat 5 waktu, terkecuali untuk  waita nifas yang hukumnya sama laksana  hadist yang disampaiakan oleh Aisyah, yaitu  mengubah  hutang puasa tanpa butuh  mengubah  shalat yang tidak dilakukan.
 tak perlu fobia  jika kamu melahirkan dibulan ramadhan, telah diterangkan  sebagaimana hadist itu  bahwa mereka mempunyai  keringanan dari Allah sehingga situasi  yang dialaminya tidak bakal  memeberatkan dirinya dimana islam memang mengizinkan  atau meringankan keharusan  dalam situasi  tertentu asal tidak dilaksanakan  dengan sengaja. Misalnya ibu  melahirkan  yang sedang dalam proses bakal  melahirkan, andai  ia powerful  shalat berdiri maka shalat dengan berdiri, andai  tak mampu, maka boleh dengan duduk atau tidur.
3. Wanita yang Lanjut Menyusui di Bulan Ramadhan
Wanita yang  melahirkan  di bulan Ramadhan pasti  selanjutnya akan merasakan  masa menyusui dan masa nifas, di masa tersebut pun  adalah masa sarat  perjuangan dimana seorang ibu tidak melulu  menghidupi dan bertanggung jawab guna  dirinya sendiri namun pun  atas kehidupan dan pertumbuhan  bayi yang dilahirkannya, baik atau buruk situasi  bayinya tersebut pasti  berasal dari perbuatan  atau kasih sayang yang diberikan.
Jika memang wanita itu  tidak berpuasa maka urusan  tersebut  bukanlah masalah, tetap diizinkan  tidak berpuasa dan menggantinya di lantas  hari, tetapi  tetap menjalankan shalat sesudah  nifas selesai. Sebabitu perempuan  yang menyusui tak perlu cemas  akan diserahkan  beban berat, malah  kondisinya tersebut dapat  menjadi jalan ibadah dengan memberi yang terbaik guna  anaknya dan ia mendapat keringanan dari Allah, urusan  ini pun  tercantum dala fatwa ulama berikut.
4. Kesepakatan Ulama
Karena banyaknya pertanyaan dari berbgaai pihak tentang  hukum wanita  melahirkan  di bulan Ramadhan, kesudahannya  dibentuklah kesepatakan atau fatwa ulama yang didapatkan  dari sumber syariat yang jelas, yaitu  dari Al Qur'an dan dari cerita  kisah dalam sekian banyak  hadist Rasulullah terdahulu, berikut penjelasan  dan kesimpulannya.
untuk wanita yang melahirkan di bulan puasa maka baginya gugur keharusan  untuk menggarap  ibadah puasa sebab  memang berada dalam situasi  yang lemah dan tidak memungkinkan untuk diperbanyak  bebannya karena  dikhawatirkan akan memunculkan  bahaya baik untuk  ibu yang berisi  maupun calon bayinya, sebab tersebut  ia diberi keirnganan guna  menggantinya di beda  hari dengan tetap menjalankan shalat cocok  kemampuannya.