Keesokan harinya aku ceritakan kelakuan lampu lampu sialan itu pada pakwo, suami ibuku (baca : ante.. serius ante, tapi aku manggilnya ibu)
"Pak, semalam lampu kamar mandi tu berkedip-kedip, sebentar mati trus nyala lagi, berulang-ulang. Mungkin instalasinya ada yang konslet".
"ooh, itu.. bukan, bukan konslet. Itu lampunya otomatis, pake sensor gerak. Jadi kalo gak ada objek yang bergerak, maka lampunya akan mati sendiri. Trus nyala lagi kalau sensornya mendeteksi ada objek yang bergerak di bawahnya" jawabnya.
"ooh gitu, biar hemat energi ya, pak ?"
"iya hehe"
Hoalaah, katroknya aku, zaman kan udah canggih ya. Ke langit aja udah bisa pake pesawat, ya kan ?? eh.
      Keesokan harinya...
Aku menutup pintu kamar mandi sambil  memerhatikan lampu itu. Oh iya, benar, di tengah-tengah bolanya ada titik hitam sebesar biji jagung dan itu adalah sensornya.
Aku kemudian memperbanyak tempo gerak selama di dalam kamar mandi agar lampunya gak mati lagi. Aku duduk menggosok gigi sambil bernyanyi-nyanyi kecil ; kebiasaanku.Â
Tak berapa lama.. tap.. lampu sialan, aku sudah bergerak ria tapi dia masih mati juga. Aku mendongakkan kepala ke atas, mengeluarkan cakarku, kemudian mengayun-ayunkannya ke arah lampu itu. Aku mengangakan mulut yang penuh busa pasta gigi dan sedikit membelalakkan mata. Aku beradegan layaknya zombie haus yang ingin menggigit lampu yang masih berdarah segar itu. "Aaa... aaa... ". Sambil mengayun-ayunkan cakar.
 And then, lampu itu nyala lagi, takut digigit kali ya, hihi. Aku kembali duduk melanjutkan apa-apa yang belum tuntas.Â