Mohon tunggu...
Ridho AwalulYanuar
Ridho AwalulYanuar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa-International Relations-Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta

Hiking traveling and music

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Strategi PLNI dalam Bentuk Diplomasi Budaya: Upaya Pengenalan Budaya Indonesia di Amerika Serikat Pada Era Susilo Bambang Yudhoyono

8 Desember 2024   16:53 Diperbarui: 8 Desember 2024   17:05 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Surat Dunia: Media Perantau Indonesia

Indonesia merupakan negara dengan segudang kekayaan baik berupa sumber daya alam maupun kekayaan budaya dari sumber daya sosial. Indonesia memiliki sekitar 300 suku bangsa dengan bahasa, agama, serta adat istiadat yang berbeda-beda, oleh karena itu Indonesia sering sekali disebut sebagai negara yang sangat multikultural. Dengan keuntungan sektor ini, Indonesia menjadikan budaya sebagai salah satu alat diplomasi guna mencapai kepentingan nasionalnya, Budaya yang dimiliki Indonesia di setiap daerah sangat beragam, seperti batik, gamelan yang merupakan salah satu budaya yang dimiliki Indonesia.Secara umum, peluang Indonesia untuk melakukan kerjasama melalui diplomasi budaya dengan Amerika sangat terbuka dan tentunya sangat bermanfaat untuk Indonesia kedepannya. Amerika yang merupakan negara dengan pendapatan perkapita yang termasuk tinggi di dunia ditambah dengan corak sifat pluralisme dari warga Amerika ini dihuni oleh berbagai ragam ras dan suku di seluruh dunia sehingga harapannya dapat mempromosikan budaya Indonesia yang begitu kaya di dunia Internasional.Diplomasi budaya ini dilakukan karena adanya latar belakang isu hak klaim dari negara lain terhadap budaya yang ada di Indonesia, Indonesia menjalankan hubungan diplomasi dengan Amerika memiliki tujuan untuk menjaga dan memperkenalkan budaya asli Indonesia terhadap dunia internasional agar budaya yang sudah tertanam asli di Indonesia tidak akan mengalami kembali hak klaim sepihak dari negara lain.

Ketertarikan warga Amerika terhadap gamelan tidak lepas dari adanya dorongan rasa kebersamaan yang tercipta dari para pemain gamelan. Semuanya bermula pada tahun 1958 dimana seorang ahli musik asal Amerika yaitu mendiang Mantle Hood, membuat sebuah program musik gamelan dari Jawa dan Bali di University of California at Los Angeles (UCLA, Mantle Hood juga yang mendirikan sebuah Institut Etnomusikologi di UCLA yang menghadirkan beberapa pengajar gamelan dari Indonesia, salah satunya yaitu Hardja Susilo dari Yogyakarta.

Salah satu pertunjukan seni yang berhasil menarik minat publik Amerika adalah pertunjukan gamelan. Saat ini telah terdapat kelompok pemain gamelan yang tersebar di 45 negara bagian dari 50 negara bagian di AS. Atase Pendidikan dan Kebudayaan Kedubes RI di AS juga menyatakan bahwa komunitas gamelan di Amerika telah mencapai 400 komunitas gamelan. Mayoritas dari komunitas gamelan tersebut berbasis di perguruan tinggi yakni menjadi bagian dari kegiatan ekstrakurikuler. Dari 400 komunitas gamelan tersebut, 127 komunitas aktif berlatih dan menggelar pementasan. Selain gamelan, alat musik tradisional Indonesia seperti angklung juga mendapatkan apresiasi positif dari masyarakat Amerika. Indonesia memiliki program House of Angklung yang berbasis di Washington D.C dan salah satu aktivitasnya adalah Angklung Goes to School dimana alat musik angklung diperkenalkan di sekolah-sekolah di Amerika. Selain itu Indonesia juga berhasil memecahkan rekor dunia "Guinness World Records" permainan angklung dengan peserta multibangsa terbanyak dengan lebih dari lima ribu orang memainkan alat musik angklung di National Mall-Washington Monument Park, Washington D.C.

Selain kesenian alat musik Indonesia, upaya Indonesia dalam mempromosikan batik juga diapresiasi dengan sangat baik oleh warga Amerika. Kedutaan Besar Indonesia, Washington D.C, memfasilitasi penyelenggaraan American Batik Design Competition (ABDC) yang dilaksanakan sebagai event tahunan sejak tahun 2011.  Hal ini menunjukkan bahwa batik mampu berasimilasi dengan kebudayaan Amerika, dapat diterima dengan baik dan disambut dengan antusiasme yang tinggi oleh masyarakat Amerika. Batik mampu menjadi instrumen diplomasi publik yang efektif karena telah menjadi seni yang mendunia sebagaimana dinobatkan oleh UNESCO sebagai kekayaan seni tak benda pada tahun 2009. Selain itu kesenian batik mudah diserap oleh masyarakat internasional, dan kegunaan batik terjangkau hingga ke ranah industri fashion. Ketertarikan publik Amerika terhadap batik mampu meningkatkan antusiasme terhadap Indonesia dan menjadi penjembatan kebudayaan dan relasi antar masyarakat yang menjadi poin penting dalam hubungan bilateral Indonesia-Amerika.

Diplomasi kebudayaan yang telah dilakukan oleh Indonesia melalui media batik di Amerika bertujuan dapat mengamankan batik dari berbagai isu klaim yang dilakukan oleh negara lain, oleh karena itu pemerintah memperkuat hubungan bilateral antara Indonesia dengan Amerika. Pada era pemerintahan SBY, pemerintah fokus pada upaya memperbaiki serta mengusahakan hubungan bilateral dengan Amerika yang mana hubungan dengan Amerika sebelumnya sempat mengalami pasang surut, Amerika sebagai negara adidaya yang memiliki pengaruh besar di dunia, maka hubungan bilateral antara Indonesia dengan Amerika perlu untuk dilangsungkan guna dapat memperkuat hubungan diplomasi antara Indonesia dengan Amerika. Pada jalur diplomasi kebudayaan yang dilakukan pada era SBY melalui batik sebagai alat diplomasinya adalah upaya pengenalan batik melalui proses Informing, Understanding, dan Influencing.u

Kedua negara mendapatkan pengaruh positif karena mampu mengangkat citra dari berbagai produk yang diangkat menjadi alat diplomasi, dukungan dari kedua negara ini secara tidak langsung telah mendukung apa yang telah diupayakan dari masyarakat dengan menunjukan bahwa dengan melalui proses kerjasama kebudayaan ini dapat dijadikan sebagai alat untuk mendasari hubungan bilateral antara Indonesia dengan Amerika dapat menjadi lebih intim dengan adanya latar belakang kerjasama budaya ini. Hadirnya diplomasi budaya ini juga memiliki potensi positif dalam bidang ekonomi yakni kian meningkatnya pendapatan dari pemerintah karena adanya hubungan dukungan kerjasama antara Indonesia dengan Amerika.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun