Status gizi merupakan suatu keadaan yang dimana telah ditentukan oleh kebutuhan tubuh kita terhadap kalori dan zat-zat lainnya yang akan berdampak pada fisik kita yang dapat diukur. Faktor yang mempengaruhi status gizi adalah karena adanya pengetahuan gizi yang rendah terlihat dari perilaku makan yang salah, selain itu status gizi berdampak langsung pada tingkat konsumsi zat gizi. Ketidakseimbagan konsumsi makanan dan zat gizi dengan kebutuhan gizi memengaruhi status gizi seseorang, hal ini karena adanya keterbatasan makanan yang tersedia di Pondok Pesantren.
Remaja termasuk golongan yang rentan mengalami masalah gizi. Masalah gizi yang sering terjadi adalah gizi kurang dan gizi lebih. Rentang usia remaja yaitu umur 10-19 tahun (WHO, 2022).Mengapa Penelitian Ini Penting?
Setiap status gizi seseorang berbeda-beda apalagi kehidupan di luar dan di Pondok Pesantren yang sangat jauh. Mengetahui penyebab terjadinya status gizi kurang dan lebih, hal pertama yang harus dilakukan adalah konsumsi makan seseorang. Dengan cara menghitung berat kalori makanan yang dikonsumsinya.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan kuantitatif observasional analitik dengan pendekatan cross sectional dengan total populasi santri 148 dan diambil sampel sebanyak 65 santri. Pengumpulan data menggunakan data primer yang terdiri dari pengetahuan gizi menggunakan kuesioner pilihan ganda tentang pedoman status gizi, zat makro dan lainnya, terkait tingkat konsumsi zat gizi berupa konsumsi energi dan protein menggunakan formulir Recall 24 jam yang dilakukan 2 hari, hal ini untuk lebih mengetahui apakah ada perbedaan makan yang dikonsumsi di hari biasa dan libur kemudian diolah menggunakan program nutri survey. Dan untuk status gizi menggunakan alat ukur timbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan menggunakan microtoise. Untuk analisis data menggunakan uji Rank Spearman.
Hasil PenelitianÂ
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar pengetahuan gizi santri tergolong kurang (58,5%), hampir setengah konsumsi energi kategori defisit berat (33,8%), dan protein kategori defisit ringan (47,7%), serta sebagian besar status gizi tidak normal (53,9%) terdiri dari sangat kurus dan kurus (38,5%), Â gemuk obesitas (15,4%). Hasil uji Spearman menunjukkan terdapat hubungan pengetahuan gizi dan tingkat konsumsi zat gizi berupa energi dan protein dengan status gizi diperoleh nilai p-value sebesar 0,000.
Kesimpulan pada penelitian ini terdapat hubungan pengetahuan gizi dan tingkat konsumsi zat gizi dengan status gizi. Diharapkan santri bisa mengatur waktu istirahat supaya jadwal makan tidak terlewati. Selain itu, santri juga diharapkan dapat mengatur konsumsi makan yang seimbang supaya tidak berdampak pada status gizi.
Penulis : Ridho Inayah
Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H