Mohon tunggu...
Ridho Irwanto
Ridho Irwanto Mohon Tunggu... Guru - Belajar sepanjang hayat

Jadi yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Memunculkan Potensi Siswa Melalui Coaching

3 April 2022   11:33 Diperbarui: 3 April 2022   11:48 470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Peran guru bukan saja memberikan materi pelajaran, tapi juga menjadi penuntun bagi murid agar mereka bisa terus berkembang menjadi manusia terbaik, bermanfaat bagi dirinya dan orang lain. Guru harus mampu melakukan coaching untuk memaksimalkan potensi coachee agar dapat menganalisi masalah dan menggali solusi atas permasalahannya sendiri. 

Coaching merupakan bentuk kolaborasi untuk memperoleh solusi masalahnya melalui komunikasi asertif. Coach menjadi pendengar yang aktif, berempati, dan menghormati coachee. Coaching membantu murid menghadapi permasalahan hidup.

Filosofi pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara "Maksud pendidikan itu adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka mencapai keselamatan dan kebahagian yang setingginya sebagai manusia, maupun anggota masyarakat". (KHD,1936, Dasar-Dasar Pendidikan, Hal.1, Paragraph 4). Oleh karena itu sebagai upaya menerapkan filosofi pemikiran KHD yaitu menuntun dengan cara penerapan coaching.

Coaching adalah komunikasi yang dilakukan untuk membantu sesama dengan cara mendengarkan secara aktif dan menuntun orang lain untuk menemukan sendiri solusi atas permasalahan yang dihadapi. 

Peran guru dalam coaching sebagai coach dan siswa sebagai coacheenya. Dalam coaching ini guru selaku coach menggali informasi sebanyak-banyaknya dari siswa untuk mengetahui segala potensi dan kemampuan yang dimiliki murid dengan tujuan menuntun dan mengarahkan untuk mencari solusi. 

Coaching bisa dilakukan oleh siapa saja contoh: orang tua pada anak, guru pada murid, guru pada rekan kerja, sesama teman dll. Prinsip coaching kesetaraan bukan seseorang menjadi penasehat bagi yang lain. 

Berbeda dengan konseling dan mentoring yang posisinya lebih memberikan bantuan dengan nasihat dan arahan berdasarkan keilmuan dan pengalaman si pemberi solusi. 

Coaching lebih kepada mendengarkan aktif dan menggali potensi yang ada di dalam diri Coachee. Setiap murid di dalam diri mereka sudah memiliki potensi terbaik. 

Tugas guru sebagai coach adalah memunculkan hal itu dengan memberi mereka pertanyaan terbuka. Dengan demikian, keterampilan guru yang harus dimiliki sebagai coach adalah keterampilan bertanya yang dapat menstimulasi potensi murid, bukan keterampilan memberi nasihat.

Model TIRTA merupakan model yang dikembangkan dengan semangat merdeka belajar. Model TIRTA menuntut guru untuk memiliki keterampilan coaching. Hal ini penting mengingat tujuan coaching, yaitu untuk memunculkan potensi murid agar menjadi lebih merdeka. Melalui model TIRTA, guru diharapkan dapat melakukan praktik coaching di komunitas sekolah dengan mudah. 

TIRTA kepanjangan dari Tujuan Identifikasi Rencana aksi Tanggungjawab. Empat keterampilan yang diperlukan coach kepada coachee untuk melakukan coaching yaitu: 1) keterampilan membangun dasar proses coaching, 2) ketrampilan melakukan hubungan baik, 3) ketrampilan berkomunikasi dan 4) ketrampilan memfasilitasi pembelajaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun