Mohon tunggu...
ridha sinaga
ridha sinaga Mohon Tunggu... -

cuma iseng nyari ilmu...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dewan Pemborosan (Duit) Rakyat

11 Mei 2011   19:04 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:49 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Saya ga tau ntah ada yang pernah menggunakan kata-kata ini sebagai kepanjangan dari akronim DPR. Yang jelas kata-kata ini spontan muncul di otak saya ketika membaca ulasan mengenai anggota dewan yang katanya ter-H-O-R-M-A-T itu. Gila, bagaimana mungkin mereka secara sadar menggunakan duit rakyat yang bermiliar-miliar itu hanya untuk plesir dan kesenangan pribadi? Ga takut dosa ya pak, bu? Memangnya mereka ga tau berapa banyak orang miskin dan nyaris miskin di negara ini? Ga pernah liat ya? Kalo lewat di jalanan dengan mobil  mewah berplat merah itu emangnya ga pernah liat pengemis atau pengamen? Atau pura-pura ga liat? Terus kok bisa-bisanya sih minta dibuatin gedung baru dengan alasan sempitlah, ga menunjang kinerjalah, miringlah... sementara banyak rakyat yang ga punya rumah bahkan sampai tidur di pohon yang bentuknya jumpalitan ga jelas itu? Terus, pada minta studi banding keluar negeri lagi padahal jelas-jelas ga guna. Studi atau plesir nih? Malah bikin malu aja! Nyadar ga sih banyak anak yang putus sekolah gara-gara ga ada biaya? Sumpah, saya ga habis pikir...

Saya penasaran, seandainya para anggota dewan itu ditanyain apa hak dan kewajibannya sebagai anggota DPR, bakalan bisa jawab ga ya? Apa dia bakal bilang kalau menghambur-hamburkan duit rakyat itu sudah merupakan haknya? Sebagai imbalan atas "jerih payahnya" mengaspirasikan suara rakyat yang diwakilinya? Padahal saya tanya ke tante wiki di http://id.wikipedia.org/wiki/Dewan_Perwakilan_Rakyat , DPR itu cuma punya hak dan kewajiban yang terkait dengan hal-hal yang berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Lha, kan kegiatan plesir (bukan studi banding loh ya..) ini terbukti ga ngefek sama saya yang notabene adalah rakyat. Lain ceritanya ding kalau saya dikasi oleh-oleh (Hehehe..). Terus kalau gedung DPR yang katanya mau ada spa dan kolam renangnya jadi dibangun, ga ngefek apa-apa sama saya kan? Kecuali saya dikasi renang n spa gratis disana (mau dooongg....).

Ckckck... Lidah berdecak, kepala geleng-geleng liat tingkah para mantan rakyat jelata ini. Mereka bukan lagi rakyat jelata, tapi para putri dan pangeran yang menuntut kenikmatan lebih dengan menyelewengkan uang teman-teman senasibnya dulu. Kalau saya liat, anggota DPR ini mirip kacang atom. Kenapa? Karena mereka ibarat kacang yang lupa akan kulitnya karena telah mendapat "kulit" baru yang putih bersih, gurih, renyah dan jelas lebih mahal. Mereka tidak mau dibungkus pelastik kresek hitam biasa, tapi kemasan yang oke dengan warna yang menarik. Mereka ga mau disamakan dengan rakyat. Mereka harus lebih! Mereka dewa! Mereka adalah Dewan Penentu nasib Rakyat! (eh..nongol istilah baru lagi...)

Saya ga ngejudge semua anggota DPR kayak gitu. Tapi yang keliatan ya itu... Saya hanya orang awam yang ga ngerti dunia politik. Karena itu, menurut saya yang awam ini, mendingan DPR ga usah diadain. Dibubarin aja! Iya sih, sebuah pemerintahan demokratis itu harus punya lembaga legislatif. Sebuah lembaga yang bertugas mengoreksi sang pemimpin negara. Tapi kenyataanya? Bukan menjadi pengkoreksi, tapi DPR malah jadi bos besar dengan pemimpin negara sebagai anak buah, atau istilah kerennya tangan kanan bos, yang bakal melaksanakan segala peritah tuannya. Arggggghhhhh........Udah deh, bubarin aja. Lagian, anggota DPR sekarang kan ga ada gunanya kok. Kalo ga tidur ya nonton video ehem-ehem. Ckckck...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun