Mohon tunggu...
Ridha Resti Fauzia
Ridha Resti Fauzia Mohon Tunggu... -

\r\n\r\n\r\n" Kesalahan adalah alasan mengapa setiap orang harus belajar :) "\r\n

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Keanekaragaman: Setiap Anak Bersifat Unik (1)

2 Juni 2014   06:01 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:49 505
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Komposisi masyarakat sekarang ini mencerminakan keanekaragaman yang sangat luas. Dengan demikian, anak-anak yang mengikuti progam pendidikan anak usia dini ini menemui perbedaan etnis, budaya, agama, bahasa, kemampuan, dan social-ekonomi. Oleh karena itu, sangatlah penting bagi guru untuk memahami dan mengenali berbagai macam perbedaan dan implikasinya agar dapat menciptakan progam yang sesuai dengan tahap perkembangan anak.

SIFAT DASAR KEANEKARAGAMAN

Setiap anak bersifat unik; tidak ada dua orang anak pun yang benar-benar mirip. Interaksi terus-menerus dan kompleks yang terjadi antara susunan genetika, lingkungan dan akumulasi pengalaman hidup anak merupakan penyebab perbedaan tiap individu ini. Keunikan atau keanekaragaman ini menjadikan setiap anak dan orang dewasa menjadi individu yang unik.

Secara luas, istilah keanekaragaman mencakup seumlah persamaan dan juga perbedaan. Kategori yang bisa dipakai meliputi:


  • Umur
  • Jenis kelamin
  • Latar belakang etnis dan suku
  • Tingkat social-ekonomi
  • Bahasa
  • Kemampuan

Namun demikian, cangkupan masalh keaneka ragaman sangatlah luas melebihi pengelompokan sederhana ini.

System keluarga, cara berkomunikasi, pilihan agama, pendidikan, tindakan orang tua, dan nilai masyarakat mempunyai peranan yang penting dalam membentuk karakter anak yang unik. Semua factor ini juga mempengaruhi perasaan anak mengenai identitasnya, atau konsep diri. Setiap pengalaman hidup membawa pengaruh terhadap cara pandang anak terhadap dirinya. Oleh karena itu, kita harus berusa menghindari asumsi yang disederhanakan dan generalisasi mengenai aspek keanekaragaman karena sering terdapat banyak variasi dari tiap kategori. Contohnya, seorang anak yang beberapa daerah atau budaya. Kategorisasi anak tersebut sebagai anak kturunan Latin tidak bisa mengungkap perbedaan individu dan budaya, sehingga dapat menyebabkan stereotip.

IMPLIKASI BAGI GURU PROGAM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

Sangatlah jelas bahwa guru menduduki posisi penting untuk mengajar anak menghargai perbedaan. Setiap tahap dalam perencanaan dan pelaksanaan progam ini merupakan kesempatan untuk meningkatkan pemahaman dan penerimaan terhadap perbedaan. Guru dapat membantu anak untuk mulai membangun fondasi yang terdiri dari sikap positif dan rasa hormat melalui suasana kelas yang mereka ciptakan, pilihan kegiatan dan materi pembelajaran, dan sebagai panutan terhadap perilaku yang sensitive.

NILAI DAN SIKAP

Guru hendaknya selalu mengevaluasi sikap dan pemahaman mereka sendiri terhadap keanekaragaman budaya, tindakan, agama, struktur, keluarga, kemampuan dan batasan agar dapat mengenali kemungkinan munculnya prasangka. Ketidakpedulian dan prasangka membatasi efektifitas guru dalam meningkatkan penerimaan terhadap perbedaan individu di dalam kelas. Proses pengujian diri ini juga membuka pintu terhadap kesempatan untuk mendapatkan informasi baru dan meningkatkan pemahaman mengenai hal ini.

Progam pendidikan anak usia dini ini dapat memberi banyak kesempatan yang berharga untuk memebantu anak membangun sikap positif terhadap anak lain. Suasana kelas yang tidak memihak mendororng anak untuk mengekspresikan pertanyaan dan rasa ingin tahunya mengenai perbedaan individu

Suasana mencerminkan penerimaan dan rasa menghargai dapat dicapai dengan menjawab pertanyaan anak-anak tentang perbedaan dengan sikap yang terbuka dan obyektif. Memadukan pelajaran ini dengan pengalaman pembelajaran sehari-hari, dan menghindari mengajar topic ini dalam pelajaran terpisah dan bersifat incidental, juga berperan dalam mewujudkan rasa menghargai keaneka ragaman. Sebagai contoh, anak bisa mempelajari tentang asal tanaman (dalam pelajaran sains), menyiapkan dan mencicipi makanan, memakai pakaian tradisional (kelas drama), membangun rumah daerah daripada sekadar mengamati hari raya atau atau perayaan di suatu daerah. Dari waktu ke waktu, anak akan belajar untuk memperlakukan orang lain dengan hormat, adil, berhabat dan menghargai keunikan yang dimiliki yang dimiliki tiap individu.

Referensi

K. Eileen Allen, Lynn R. Marotz. (2010). Profil Perkmbangan Anak. Jakarta: PT. Indeks

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun