Pada zaman sekarang begitu banyak orang tua murid mengirimkan anak mereka ke bimbingan belajar untuk mengikuti les privat. Menurut Dr. T. Priyo Widiyanto (2003;72) pada awalnya diduga orang tua yang mengirim anak-anaknya ikut les adalah orang tua yang anaknya duduk di kelas 6 SD. Karena anak-anak ini akan segera mengikuti Ebtanas. Namun ternyata, banyak juga orang tua yang memiliki anak masih di TK pun mengirim anaknya untuk mengikuti les privat. Ragam les yang ditempuh oleh anak-anak TK tersebut misalnya adalah les komputer, bahasa Inggris, berhitung, dan menulis. Persoalan yang muncul di sini, perlukah anak-anak yang masih di TK itu mengikuti les?
Ketika di pagi hari anak-anak berusia 4-6 tahun membawa tas dan diantara orang tuanya pergi ke sebuah lembaga pendidikan, maka lembaga tersebut perlu dipersepsikan sebagai sebuah taman. Taman tempat anak itu bertemu dengan anak sebayanya untuk bermain. Di dalam taman itulah mereka dibawah asuhan atau pengawasan guru mereka. Jadi, tekanannya adalah pada bermain. Dalam permainan tersebut, anak-anak akan belajar banyak hal melalui pengalaman konkret. Di taman kanak-kanak, anak-anak akan dirangsang untuk mengembangkan keseimbangan motorik, kemampuan mengelola emosi, kemampuan sosialisasi dan kemampuan kognitifnya.
Gengsi Orang Tua
Mengirim anak-anak yang masih usia taman kanak-kanak untuk mengikuti les sebenarnya bukanlah kebutuhan anak. Kebutuhan anak usia taman kanak-kanak adalah bermain. Permainan yang mampu mengembangkan seluruh dimensi pribadi anak, itulah yang dibutuhkan olehnya, sehingga ia sebenarnya tidak butuh dikirim untuk mengikuti beragam aktivitas les. Namun, dalam kenyataannya orang tua anak justru berlomba-lomba mengirim anaknya untuk mengikuti les. Kira-kira apa yang melatarbelakangi tindakan para orang tua ini?
Dr. T. Priyo Widiyanto (2003;72) menyatakan sebenarnya mereka mengirim anak mengikuti les karena dorongan gengsi semata. Apalagi kalau anaknya ikut les di bimbingan ternama, wow…… gengsi orang tua anak naik tinggi sekali.
Orang tua kiranya perlu merenung secara kritis. Sebenarnya untuk siapa orang tua mengirim anaknya ke bimbingan belajar? Untuk anak atau untuk gengsi orang tua? Kalau untuk anak perhatikan usia perkembangan anak. Anak usia taman kanak-kanak merupakan usia yang masih sangat memerlukan kasih sayang orang tua secara konkret, sehingga kekuatan fisik orang tua dan anak dalam jumlah waktu yang banyak masih diperlukan oleh si anak.
Mencermati karakteristik pembelajaran di taman kanak-kanak yang masih memfokuskan pada bermain, maka sebenarnya les pelajaran bagi anak belum perlu dilakukan. Les juga berdampak pada hilangnya waktu anda untuk berelasi secara nyata dan penuh kasih dengan orang tua mereka. Apabila tidak dilakukan, maka orang tua telah mengorbankan anaknya sendiri demi sebuah gengsi diri. Suatu tindakan yang sungguh tidak perlu. Kasihanilah anak. Jangan sampai anak lebih mengenal guru les nya daripada orang tuanya.
semoga bermanfaat :)
referensi:
J.I.G.M. Drost, S.J. dkk. (2003). Perilaku Anak Usia Dini Kasus dan Pemecahannya. Yogyakarta: Kanisius
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H