Urbanisasi yang terus terjadi di kotamenyebabkan menurunnya performa kota. Berbagai permasalahan kota muncul seiringdengan pesatnya urbanisasi (Saladin, 1989). Urbanisasi yang ditandai dengankepadatan penduduk yang terus bertambah membuat kota harus siap menghadapi permasalahan-permasalahan akibat kepadatan penduduk yang tinggi. Masalah kelangkaan sumber daya, munculnya pemukiman-pemukiman kumuh, masalah limbah dan polusi, kemacetan lalu lintas, degradasi lingkungan, merupakan beberapa masalah fisik kota yang ditimbulkan.
Tidak hanya itu, permasalahan-permasalahan kota juga bukan hanya dari segi fisik saja, sejalan dengan terus menurunnya kualitas fisik kota, ketidakmampuan suatu kota untuk memperbaiki kondisi akan menciptakan ketidakpercayaan masyarakat terhadap pemerintah yang pada akhirnya akan memicu masalah-masalah sosial. Masalah-masalah sosial ini berkaitan dengan berbagai stakeholder, tidak hanya dapat diselesaikan oleh pemerintah sendiri, namun dalam penyelesaiannya membutuhkan peran dari berbagai pihak, sehingga semakin rumit untuk diselesaikan. Munculnya permasalahan fisik dan ditambah dengan permasalahan sosial ini membuat kota semakin tidak nyaman untuk ditinggali.
Seiring dengan kemajuan zaman, kemajuan teknologi pun tak urung juga menjadi suatu terobosan baru yang digunakan oleh kota untuk memberikan layanan yang semaksimal mungkin bagi penduduknya. Sehingga muncul konsep Intelligent City, Ubiquitos City, Digital City, Wired City, Information City, dan Smart City. Konsep-konsep tersebut berkembang dengan mendasarkan penerapan teknologi informasi dan komunikasi dalam mengelola kota.
Dari beberapa literatur, dapat diketahui bahwa konsep Smart City merupakan ujung dari pengembangan konsep pembangunan dan pengelolaan kota berbasis teknologi informasi dan komunikasi (Deakin and Allwinkle, 2007). Dalam definisi Nijkamp, dkk dalam Chaffers (2010), Smart City didefinisikan sebagai kota yang mampu menggunakan SDM, modal sosial, dan infrastruktur telekomunikasi modern (Information and Communication Technology) untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dan kualitas kehidupan yang tinggi, dengan manajemen sumber daya yang bijaksana melalui pemerintahan berbasis partisipasi masyarakat.Â
Konsep Smart City merupakan konsep yang telah melalui penyempurnaan-penyempurnaan dari konsep yang telah terlebih dahulu berkembang dengan menambal kekurangan-kekurangan yang ada dan mempertimbangkan aspek-aspek yang mungkin belum ada pada konsep-konsep berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang telah muncul sebelumnya. Konsep ini pada akhirnya tidak hanya mendasarkan pembangunan dan pengelolaan kota dalam dimensi teknologi, namun juga mencakup dimensi manusia dan dimensi institusional (Nam& Pardo, 2012).
Kota Balikpapan saat ini sedang mengarah kepada konsep Smart City. Konsep Smart City di Kota Balikpapan tertuju kepada sistem pemerintahan online, pelayanan publik, dan sistem keamanan kota. Sistem pemerintahan online salah satunya dengan membangun layanan program e-Budgeting berupa sistem anggaran elektronik, selain itu program lainnya yang direncanakan yaitu e-Planning. Pada pelayanan publik pemkot Balikpapan telah bekerjasama dengan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) untuk menyebar fasilitas Internet Hotspot (wifi.id) di beberapa titik lokasi di Kota Balikpapan untuk menunjang kegiatan masyarakat khususnya dibidang teknologi informasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H