BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan suatu proses yang mengubah sikap atau tingkah laku agar menjadi lebih baik, yang di mana pendidikan tersebut bisa ditempuh oleh semua orang melalui jalur formal, non formal, atau informal. Pendidikan ada bukan hanya untuk mencerdaskan kemampuan berpikir atau hanya mendapatkan ilmu dari materi-materi yang biasanya terdapat dalam buku paket saja, karena sebenarnya pendidikan menjadi peran penting dalam pembentukan karakter seorang anak. Sering kali guru sebagai pendidik yang selalu berinteraksi dan berhubngan langsung dengan siswa lupa untuk membentuk karakter pada siswa-siswinya karena terlalu berfokus pada nilai kemampuan pengetahuannya saja. Padahal yang menjadi keberhasilan dalam mendidik siswa sekolah yaitu terletak pada bagaimana karakter yang terbentuk pada diri siswa selama menempuh pendidikan tersebut. Hal itu juga didukung oleh pendapat Sari dan Rofiyarti (2017) yang menyatakan bahwa kualitas suatu bangsa dapat sekolah dihasilkan melalui karakter yang dibina sejak dini. Hal ini berkaitan dengan pendidikan karakter yang harus disisipkan sejak dini. Sari dan Rofiyarti menambahkan bahwa kemajuan suatu bangsa terletak pada karakter yang dimiliki oleh penerus bangsa tersebut. Sehingga untuk mempersiapkan masa depan dan kualitas bangsa yang lebih baik, diperlukan penerus bangsa yang memiliki karakter sesuai dengan norma yang ada. Pendidikan karakter pada awalmya terjadi dilingkungan keluarga yang kemudian berkembang serta meluas melalui lingkungan sekolah.
Pembentukan karakter dibentuk dari aturan-aturan atau tata tertib yang diterapkan di setiap sekolah. Dari banyaknya sekolah tentu peraturan atau tata tertib yang diberlakukan pun berbeda-beda. Dan dari adanya tata tertib tersebut, setiap sekolah pasti menginginkan adanya pembentukan karakter pada setiap siswanya. Tidak hanya untuk pembentukan karakter saja, peraturan atau tata tertib yang ada di sekolah dibuat agar selama proses pembelajaran siswa dapat di kontrol dan hal itu sebagai bentuk dari mendisiplinkan siswa. Namun, beberapa sekolah lupa untuk tetap menerapkannya saat siswa sudah masuk ke dalam ruangan kelas siap untuk melakukan kegiatan pembelajaran. Sebab, banyak siswa ketika sudah memasuki ruang kelas, mereka lupa akan peraturan dan tata tertib yang diberlakukan dan tak jarang pula anak-anak tidak mematuhi peraturan yang ada sehingga peraturan yang tertulis maupun yang tidak tertulis pun tidak berpengaruh apapun terhadap siswa dalam pembentukan karakter agar menjadi baik. Adanya pemberian sanksi menjadi salah satu langkah dalam mengupayakan siswa agar mau mematuhi tata tertib yang ada. Dan hal ini sudah dilakukan oleh salah satu sekolah yang ada di daerah Serang, yang di mana sekolah tersebut telah memberlakukan tata tertib dan sanksi dalam lingkup kelas.
Berdasarkan dari latar belakang yang membahas tentang tata tertib dalam memengaruhi pembentukan karakter siswa di sekolah sekolah dasar, maka sangat penting untuk dilakukannya sebuah observasi terhadap pengaruh penerapan tata tertib yang akan menciptakan kedisplinan untuk siswa dikalangan sekolah dasar. Oleh karena itu, laporan ini dibuat untuk menunjukkan betapa berpengaruhnya penerapan tata tertib yang diberlakukan di sekolah dasar tersebut di dalam proses pembelajaran, di dalam ruang kelas saat tidak ada kegiatan pembelajaran dan di luar dari kegiatan pembelajaran saat ada interaksi dengan orang lain.
BAB II
METODE & PEMBAHASAN
- Metode
Metode yang dipakai untuk mencari informasi atau data pada laporan ini yaitu dengan menggunakan metode penelitian kualitatif dengan melakukan wawancara  kepada salah satu wali kelas di suatu sekolah dasar di daerah Serang serta adanya pengamatan atau observasi yang dilakukan saat proses pembelajaran sedang berlangsung dan mencari informasi dengan metode studi literatur. Studi literatur adalah metode penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data, mengevaluasi data dari beberapa sumber seperti buku, artikel, makalah, skripsi maupun tesis. Metode penelitian ini digunakan untuk melihat berbagai perspektif maupun sudut pandang berbagai pihak terkait kesamaan masalah yang diteliti.
- Pembahasan
Pembentukan karakter dibentuk dari aturan-aturan atau tata tertib yang diterapkan di setiap sekolah. Dari banyaknya sekolah tentu peraturan atau tata tertib yang diberlakukan pun berbeda-beda. Dan dari adanya tata tertib tersebut, setiap sekolah pasti menginginkan adanya pembentukan karakter pada setiap siswanya. Tidak hanya untuk pembentukan karakter saja, peraturan atau tata tertib yang ada di sekolah dibuat agar selama proses pembelajaran siswa dapat di kontrol dan hal itu sebagai bentuk dari mendisiplinkan siswa. Namun, beberapa sekolah lupa untuk tetap menerapkannya saat siswa sudah masuk ke dalam ruangan kelas siap untuk melakukan kegiatan pembelajaran. Sebab, banyak siswa ketika sudah memasuki ruang kelas, mereka lupa akan peraturan dan tata tertib yang diberlakukan dan tak jarang pula anak-anak tidak mematuhi peraturan yang ada sehingga peraturan yang tertulis maupun yang tidak tertulis pun tidak berpengaruh apapun terhadap siswa dalam pembentukan karakter agar menjadi baik. Adanya pemberian sanksi menjadi salah satu langkah dalam mengupayakan siswa agar mau mematuhi tata tertib yang ada. Dan hal ini sudah dilakukan oleh salah satu sekolah yang ada di daerah Serang, yang di mana sekolah tersebut telah memberlakukan tata tertib dan sanksi dalam lingkup kelas.
Sekolah tersebut bisa menjadi contoh karena sudah berhasil menerapkan tata tertib yang ada. Tidak hanya dalam lingkungan sekolah secara luas, tetapi juga dalam lingkup kecil yaitu dalam ruang kelas. Adanya peraturan atau tata tertib yang diberlakukan di setiap kelas serta pemberian sanksi apabila melanggar peraturan sukses menjadikan siswa-siswi yang ada di sekolah tersebut menjadi siswa-siswi yang berkarakter. Salah satu contoh tata tertib yang diterapkan di salah satu kelas yang ada di sekolah tersebut, seperti peraturan tidak boleh meledek nama orang tua, tidur di dalam kelas, bermain bola di dalam kelas, tidak melaksanakan piket, ribut di dalam kelas, makan saat jam pelajaran, tidak memakai kaos kaki, merusak fasilitas kelas, baju dikeluarkan, bullying, telat membayar uang kas, membuang sampah di kolong meja. Jika dilihat dari peraturan di atas, tidak semua sekolah terpikirkan untuk membuat peraturan seperti itu dengan sanksi apabila melanggar yaitu berupa membayar uang sejumlah yang sudah ditentukan. Dengan peraturan tersebut hal sekecil membuang sampah di kolong meja bisa menumbuhkan karakter pada anak yaitu dengan menjaga kebersihan pada diri siswa dan tentunya bisa berdampak pula bagi lingkungan.
Contoh lain seperti tidak melaksanakan piket yaitu dengan mereka tidak melanggar peraturan yang ada sudah membentuk karakter bertanggungjawab pada diri anak sehingga karakter tersebut baik untuk keberlangsungan hidup mereka di masa depan. Larangan atau tata tertib yang tidak memperbolehkan adanya bullying pun mengajarkan dan membentuk karakter anak dalam memberikan rasa empati pada diri anak, sebab anak diajarkan untuk menghormati sesama dan dapat memahami dampak negatif dari perilaku agresif. Hal ini juga dapat mendorong lingkungan yang aman, di mana siswa dapat berkembang dalam segi kognitif, afektif atau psikomotoriknya tanpa takut mengalami kekerasan dan menciptakan pembentukan karakter positif dalam diri anak.