Mohon tunggu...
Ridha Kamilah
Ridha Kamilah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Pelecehan Seksual pada Anak di Bawah Umur di Indonesia

1 Januari 2025   22:40 Diperbarui: 1 Januari 2025   22:39 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pelecehan seksual Sumber: posmetromedan.com

          Pelecehan seksual terhadap anak di bawah umur adalah suatu masalah serius yang semakin marak terjadi di Indonesia. Berdasarkan data Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (Simfoni PPA), tercatat pada rentang Januari hingga Juni 2024, terdapat 7.842 kasus kekerasan terhadap anak dengan 5.552 korban anak perempuan dan 1.930 korban anak laki-laki, di mana kasus kekerasan seksual menempati urutan pertama dari jumlah korban terbanyak sejak tahun 2019 sampai tahun 2024. Data menunjukkan bahwa kasus pelecehan seksual terhadap anak terus meningkat dari tahun ke tahun, dengan semakin banyaknya anak-anak yang menjadi korban tindakan keji tersebut. Dengan adanya kasus ini korban tidak hanya meninggalkan luka fisik, tetapi juga trauma emosional mendalam yang dapat memengaruhi kualitas hidup di masa depan.

Faktor terjadinya pelecehan seksual pada anak di Indonesia, yaitu kurangnya pendidikan seksual. Pendidikan seksual di Indonesia masih dianggap sebagai topik tabu dan sering diabaikan, terutama bagi anak-anak. Pendidikan seksual sangatlah penting untuk memberikan pemahaman dasar kepada anak tentang batasan-batasan tubuh, bahaya pelecehan seksual, serta cara melindungi diri. Pengaruh teknologi dan media sosial, anak-anak yang aktif di media sosial sering kali menjadi sasaran oknum yang memanfaatkan teknologi untuk mencari data-data korban. Kurangnya pengawasan dari orang tua membuat anak-anak semakin rentan terhadap ancaman dari pihak-pihak tidak bertanggung jawab. Internet dan media sosial yang semakin mudah diakses ini bisa dimanfaatkan oleh oknum untuk melakukan grooming online, dan mencoba membangun kepercayaan dengan anak untuk memanipulasi atau memanfaatkannya secara seksual. 

Lingkungan sosial dan keluarga yang kurang mendukung ini menjadikan faktor terjadinya pelecehan seksual pada anak, banyak kasus pelecehan seksual pada anak yang dilakukan oleh orang terdekat, seperti anggota keluarga, guru, atau tetangga. Lingkungan yang kurang mendukung atau bahkan permisif terhadap kekerasan seksual, dapat membuat korban atau anak-anak sulit melaporkan pelecehan yang mereka alami.

Penanganan kasus pelecehan seksual sering kali tidak terselesaikan, dan pelaku sering kali mendapatkan hukuman yang tidak setimpal dengan perbuatannya. Rendahnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya melaporkan kasus pelecehan juga menjadi penyebab mengapa kasus tidak terungkap.

Pelecehan seksual dapat meninggalkan trauma mendalam yang akan terus membayangi kehidupan anak hingga dewasa. Anak-anak korban pelecehan seksual juga lebih rentan mengalami gangguan stress pasca trauma (PTSD) yang berdampak negatif terhadap perkembangan mental dan emosional mereka. Pelecehan seksual juga berpotensi menimbulkan masalah fisik, seperti cedera pada organ reproduksi, infeksi menular seksual, hingga kehamilan yang tidak diinginkan. Anak-anak korban pelecehan cenderung mengalami kesulitan dalam bersosialisasi dan beradaptasi dengan lingkungan sekitar, sehingga menyebabkan mereka berisiko putus sekolah.

Pendidikan seksual, pengawasan terhadap penggunaan teknologi, penegakan hukum, dan layanan konseling dan rehabilitas adalah langkah-langkah yang dapat membantu menanggulangi kasus ini. Hanya dengan upaya bersama, kita dapat melindungi generasi muda dan membangun masa depan yang aman serta penuh harapan bagi anak-anak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun