Mohon tunggu...
Ridha AyuWintari
Ridha AyuWintari Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Social Worker - Mahasiswa Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga

Jiwa Sosial

Selanjutnya

Tutup

Hobby

TeamTransforming-Refleksi Pengembangan Softskill Interpersonal

17 Juni 2022   14:30 Diperbarui: 17 Juni 2022   14:36 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Buku yang berjudul team-trasnforming- Refleksi Pengembangan Softskill Interpersonal merupakan buku lanjutan dari self-trasnforming, buku ini memberikan refleksi bersama, kedua buku tersebut saling berkaitan.  Jika buku pertama memfokuskan dan mengajarkan pembaca untuk memperbaiki diri,  serta berfokus pada tujuan hidup menuju pribadi yang lebih baik, sedangkan buku ini mengajarkan kepada para pembaca untuk mendalami bagaimana membentuk relasi dan menjadikannya team yang solid, sebab hal tersebut adalah sesuatu yang berkaitan, karena  manusia tidak lepas dari kehidupan bersosial entah itu di lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat maupun organisasi.

Diawali dengan kata "aku"  yang berarti diri sendiri terkait dengan terma "self" dan ego yang dapat diartikan sebagai diri yang mempunyai keunikan, identitas, citra diri dan keistimewaan. Konsep diri  mengacu pada kualitas dan kapasitas yang diperoleh disepanjang perjalanan hidup dengan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki sehingga membentuk "exsiting personality" yaitu kepribadian yang kita miliki saat ini. Namun yang menjadi persoalan dan renungan apakah sudut pandang dan paradigma yang kita miliki ini sama dengan sudut pandang orang lain? Dalam kenyataannya sering kita lihat bahwa adanya perbedaan berdasarkan pengetahuan, sehingga kita harus menyadari bahwa kita harus dihadapkan dengan orang lain yang mempunyai karakter berbeda, kepribadian berbeda namun itu bukan berarti bahwa orang lain tersebut keliru, karena mereka mempunyai garis pengalaman dan kehidupanya sendiri.

Kita harus mengenal entitas dan perbedaan lain dari seseorang. Sebab dalam sebuah tim pasti terdapat perbedaan pendapat, perbedaan pemikiran, sehingga dapat menimbulkan konflik, terma membangun dan meghakimi mempunyai makna penting dalam konteks membangun relasi antar orang terutama kelompok atau tim. Dalam buku ini dibahas mengenai perlakuan "judgment"dan understanding" kedua tindakan tersebut mungkin kita pernah mengalaminnya, baik itu menjadi subjek yang menghakimi atau bahkan memahami dan dipahami oleh orang sekitar. Kedunya memiliki dampak pada sebuah relasi, perlakuan judgment lebih berdampak pada yang menyebabkan negatif, sedangkan perlakuan understanding lebih mengarah kepada dampak positif.

Pada bab selanjutnya, yaitu bab 12 yang bertema "Dahulukan Menghargai", salah satu kebiasaan pribadi unggul (excellent) adalah mendahulukan menghargai orang lain. Dalam buku tersebut mengutp dari Stephen R. Covey yang mengatakan bahwa manusia unggul adalah manusia yang proaktif menciptakan perubahan dengan membangung mimpi hidup dan relasi positif dengan orang lain. Hal teresbut dilandasi dengan keyakinan bahwa setiap orang diciptakan oleh Allah sebagai makluk yang hebat dan unik. 

Keunikan yang dimaksud adalah setiap orang adalah makhluk limited edition, tidak ada duanya didunia yang berarti tidak ada yang sama persis antara satu dan lainya, meskipun dilahirkan dalam keadaan kembar sekalipun. Kelebihan manusia terletak pada kualitas dirinya bukan kuantitas. Seperti ungkapan "don't judge book its cover". Jika dikaitan dengan manusia maka kita tidak boleh memandang dari casing nya, atau luarnya. Penampakan luar sering kali menipu. Karena Nabi Muhammad saw pernah mengatakan "Allah tidak pernah melihat kamu sekalian dari sisi bentuk tubuh dan wajah, akan tetapi dilihat dari perbuatan.

Ya, dapat disimpulkan  bahwa self-trasforming dan  team-trasnforming adalah sesuatu yang berkaitan, memahami diri terlebih dahulu untuk memperbaiki diri menjadi lebih baik dan agar dapat menyambung relasi dengan berbagai macam perbedaan diluar sana, mengingat Indonesia merupakan negara dengan berbagai perbedaan, suku, agama, budaya dan bahasa. Selain kita harus memahami diri terlebih dahulu, lalu mengenal entitas dan perbedaan lain, buku ini mengajarkan kepada kita untuk memiliki sikap empati, karena sikap empati adalah fondasi untuk membangun relasi dan interaksi yang positif dengan orang lain dimanapun kita berada.

Dengan tema dan pembahasan yang menarik, serta pembaca dimanjakan dengan narasi yang tegas, buku ini tidak jauh berbeda dengan buku pertama, buku ini bisa dijadikan referensi berharga karena ditulis berbasis pada pengalaman empiris penulis, yang membawa para pembaca  melakukan inner journey untuk menemukan value pada dirinya. Buku yang Highly Recommanded! 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun