Dalam perjalanan ke sebuah toko buku di Malang, Jawa Timur, pertama kali saya makan di restoran IndiaInd. Semula saya tidak tahu bahwa orang yang duduk di meja sebelah, yang saya kira orang India, adalah pemilik restorannya.
Sesudah pesan makanan saya baru ngeh, karena dia yang berbicara dengan pegawai restoran yang melayani kami. Ternyata, dia bukan orang India, tetapi Pakistan.
Mungkin karena nama restoran India lebih akrab di lidah kita, maka digunakanlah nama India. Bukan Pakistan.
Usai makan, kami diberi discount khusus. Dengan halus kami tolak. Bahkan kami beri Tips pada pegawainya atas keramahan yang diberikan kepada kami. Usai makan kami tidak langsung pamit. Navid namanya, asal Peshawar, bagian Barat Daya Pakistan. Sudah memasuki tahun ke tiga di Indonesia.
Dia berikan alamatnya di Tumpang. Navid menikah dengan orang Jawa. Mereka ketemu di Dubai. Profesinya sebagai engineer. Tetapi Navid orangnya sangat flexible dengan pekerjaannya. Apa saja dilakukan yang penting menghasilkan dan halal.
Ada hal menarik yang ingin saya bagikan, terkait apa kendalanya terbesar menyesuaikan diri dengan pasangannya yang orang Jawa secara khusus dan Indonesia pada umumnya.
*****
Undangan Navid kami penuhi. Suatu hari kami bertandang ke rumah kediamannya. Selain membuka restaurant, Navid juga membuka kios kecil, jualan HP, pulsa dan asesorisnya. Kami sempat disuguhi Bakso, bikinan mertuanya.
Sekilas kami melihat Navid begitu akrab dengan masyarakat sekitar. Sedikit perbendaharaan kata dalam bahasa Indonesia yang dia kuasai. Navid tinggal di desa, pelosok, sekitar 3 km masuk arah utara Pasar Kecamatan Tumpang, 25 km dari kota Malang.
Beberapa pelanggannya datang, menyapa dalam Bahasa Indonesia, tampak bahwa adaptasi Navid terhadap lingkungannya boleh dikatakan perfect. Hubungan sosial, iklim, soal kerjaan serta regulasi pemerintahan. Katanya tidak ada masalah. Yang berat adalah makanannya.