Pernah kami kedatangan tamu orang asal India, yang saat ini tinggal di Dubai. Waktu itu saya sedang berada di Malang, jauh sebelum terjadi pandemic Covid-19. Jalan Tol panjang Surabaya-Malang juga belum dibuka. Yang namanya macet itu minta ampun deh. Begitu macetnya yang frekuensinya 7 hari seminggu, khususnya mulai jam 7 pagi hinga 8 malam. Pokoknya, untuk melakukan perjalanan Singosar-Lawang saja, saya sering lewat Desa Dengkol. Mutar dari arah timur Singosari untu menuju Lawang.
Tamu kami, Mr. Chacko namanya, heran, karena kami seringkali mendengar suara sirine ambulance. Boleh dibilang hampir setiap 2 jam sekali ada saja. Entah apa itu pertanda orang sakit keras, kecelakaan atau meninggal dunia. Kadang pejabat juga gunakan sirine Lantaran keseringan mendengarnya dia bertanya,:" Koq banyak sekali orang sakit parah ya di Indonesia?" Demikian jika saya terjemahkan.
Kami saja, yang orang Indonesia asli bingung menjawabnya, apalagi orang asing.
Bunyi sirene ambulance di negeri +62 ini tidak absolut milik orang sakit. Hari minggu, seringkali digunakan untuk mengawal rombongan pengendara Harley Davidson. Tidak jarang, balap sepeda juga dikawal sirene. Orang sakit parah, kecelakaan, hingga kematian, menggunakan pertanda yang sama.
Makanya, pengguna jalan jadi kerepotan begitu mendengar sirine. Padahal, sebenarnya suara sirine ini tidak sama dan ada artinya selain aturannya. Sayangya, ketidaktahuan ini yang bikin orang awam menginterpretasikannya sama saja.
Bagi orang awam, tentu saja bingung lantaran tidak bisa membedakan.
Seorang pemilik akun di Tiktok @nabillubis, mengatakan, bahwa jenis suara sirene ada empat. Yang pertama yang dibunyikan ketika ambulans membawa pasien dengan kondisi tidak gawat. Yang kedua, suara sirene sedang menemput pasien. Yang ketiga suara sirene saat ambulans dalam perjalanan mengantarkan jenazah. Yang keempat, suara sirene terdengar sebagai tanda ambulans sedang membawa pasien dengan kondisi gawat darurat. Dan yang terakhir, frekuensi suara lebih dari empat suara sirene sebelumnya. Suara tersebut menandakan ambulans sedang mengantar pasien kritis atau sangat membutuhkan pertolongan cepat.
Dalam banyak akun dan tayangan Youtube, disebutkan empat jenis suara sirine ambulance tersebut antara lain: pertama yang menyerupai bunyi palang kereta api. Suara ini berarti sedang menjemput pasien. Yang kedua, dengan tempo lebih cepat, berarti sedang membawa pasien yang kondisinya tidak darurat. Yang ketiga, bunyinya mirip dengan kedua namun lebih cepat dan nyaring, artinya sedang membawa pasien kritis. Yang terakhir iramanya panjang dan tidak berulang, artinya sedang membawa jenazah.
Pengguna jalan di kita tidak seperti yang jalanan yang kita tonton di Jerman di mana mereka menepi secara teratur. Di kita, tidak peduli jenis suara sirinenya apa dan bagaimana. Jangankan minggir, bergerakpun tidak. Kalaupun mau menepi, tidak bisa karena model jalan sepertinya menepi semua, alias sangat sempit. Haha ha........sangking sempitnya. Lha mau menepi gmana? Kita semua sudah ada di tepian jalan. Â
Jadi, kami menahan tawa saja ketika Mr.Chacko bilang bahwa di Indonesia koq banyak sekaliorang sakit parah karena banyaknya suara sirine tadi. Apalagi selama masa pademi Covid, bisa terusan ada meskipun jalan Tol panjang Surabaya-Malang sudah buka. Minimal sekali dalam satu jam selalu ada.