Saat kuliah dulu pernah membayangkan betapa enaknya jadi seorang Trainer. Ke mana-mana banyak peminatnya. Tidak ubahnya artis. Hanya berbekal sedikit keterampilan yang kadang sangat sederhana, trainer bisa dapat jutaan Rupiah dalam waktu relatif singkat.
Dalam hati sempat bertanya, andai suatu hari nanti ada peluang, saya akan geluti profesi ini sebagai sampingan. Sambil menekuni profesi utama, jadi trainer menurut saya lebih ringan bebannya daripada jadi guru.
Why not?
Sesaat setelah wisuda, saya pernah mengikuti pelatihan Hipnoterapi di Banda Aceh. Pelatihan singkat dua hari termasuk praktik itu, cukup memberikan keterampilan dasar  bagi saya dalam menggeluti dunia hipnoterapi. Sesudah mengikuti pelatihan, saya coba terapkan dalam kehidupan sehari-hari dengan cara mempraktikan langsung.
Waktu itu saya tinggal di pondok pesantren, Banda Aceh. Jadi saya punya banyak 'pasien' yang bisa 'dimanfaatkan' sebagai 'lahan praktik' guna mempertajam keterampilan saya. Alhasil, buahnya luar biasa bagi saya.
Belum genap dua tahun setelah itu saya pindah ke Malang. Di sana dua tiga kali punya kesempatan untuk mengulang apa yang saya lakukan di Banda Aceh terkait praktik hipnoterapi ini. Hingga pada suatu hari saya ditawari untuk memberikan pelatihan hipnoterapi kepada beberapa perawat yang ada di Malang. Kali ini dadakan sifatnya. Karena saya benar-benar tidak sangka.
Mulanya agak deg-degan juga. Apalagi pesertanya sebagian besar senior. Ada yang dosen, ada juga yang menjabat sebagai kepala ruangan. Untungnya ada seseorang yang memberikan dorongan kuat untuk menerima tawaran tersebut. Jadilah saya sebagai Trainer Dadakan.
Beberapa kiat yang saya pelajari dan terbukti jitu diterapkan di antaranya sebagai berikut:
Pertama, kuasai dulu ilmunya. Penguasaan ilmu merupakan fondasi dalam pemberian pelatihan. Trainer bisa grogi karena tidak menguasai ilmunya. Sebaliknya, dengan kita ketahui detail ilmu sebagai bahan pelatihan, akan memperkuat rasa percaya diri.
Kedua, ketahui pastikan tahu kontrak waktu agar bisa siapkan berapa banyak bahan pelatihan yang harus kita sampaikan. Harus ngomong apa dan sampai di mana. Sesudah mengetahui timingnya, kita kumpulkan bahannya. Kiat penyusunan bahan pelatihan ini agak sedikit beda dengan pemberian kuliah.