Mohon tunggu...
Ridha Afzal
Ridha Afzal Mohon Tunggu... Perawat - Occupational Health Nurse

If I can't change the world, I'll change the way I see it

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Gak Bisa Bantu Ortu, Minimal Jangan Tambah Deritanya

27 Maret 2021   17:10 Diperbarui: 27 Maret 2021   17:12 404
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kholis, seorang perawat muda asal Sumbawa, sekitar 5 tahun tidak mampu meneruskan pendidikan ke jenjang berikut, sesudah menyelesakan Sarjana Keperawatannya di Yogyakarta.

Saat ini, lulus dengan mengantongi Ijazah Sarjana Keperawatan tidak bisa begitu saja bekerja, karena tidak medapatkan pengakuan profesional, kecuali menjalani pendidikan profesinya. 

Guna meneruskan program profesi ini, tentu saja butuh dana yang tidak sedikit. Minimal Rp 20 juta. Sebuah angka yang cukup besar bagi kebanyakan masyarakat kita.

Kholis berangkat dari keluarga sederhana. Orangtuanya petani dengan sebidang sawah yang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga kecilnya di Sumbawa. 

Itupun, masih jauh dari yang namanya lebih. Meskipun ada ternak ayam, hanya beberapa ekor. Orangtuanya bangga mampu mengirimkan Kholis untuk kuliah ke Yogya hingga rampung S1 nya. Hal itu bukan sesuatu yang mudah bagi kedua orangtuanya.

Menyadari akan kondisi ini, Kholis memutuskan untuk tidak melanjutkan pendidikan profesi. Sebagai gantinya, Kholis mencari berbagai peluang agar bisa bantu, setidaknya bagi dirinya sendiri sebelum membantu orangtuanya. Kholis berusaha jika mungkin menabung  supaya bisa meneruskan pendidikan profesinya.

Saat saya tulis artike ini, Kholis sudah tinggal tiga bulan lagi merampungkan pendidikan profesinya di Mataram, Lombok. Dana yang digunakan adalah hasil menabung selama sekitar 3 tahun kerja. Selama tiga tahun Kholis menekuni pekerjaan sebagai Caregiver.

Kholis tergolong sangat beruntung. Dengan profesinya sebagai Caregiver, dia sempat keliling ke beberapa negara di Asia Tenggara dan Australia.

Bekal bahasa Inggrisnya yang lumayan bagus, mengantarkannya kepada perolehan peluang yang tidak banyak dilirik oleh generasi saat ini.

Kholis di Singapore (Source: Syaifoel Hardy II, Indonesian Nursing Trainers, Facebook) 
Kholis di Singapore (Source: Syaifoel Hardy II, Indonesian Nursing Trainers, Facebook) 

Dari pengalamannya, ada berapa point yang bisa saya ambil sebagai hikmah.

Pertama, kuliah hingga selesai, apalagi jika lanjut dengan profesi itu, bukan sesuatu yang urgent. Yang urgent adalah melihat kebutuhan keluarga dan mengetahui kondisi atau kemampuan finansial orangtua. Apakah mereka mampu atau tidak.

Kedua, jika bisa ditunda, tundalah kuliah. Jangan sampai orangtua kerepotan, hutang sana, hutang sini hanya karena ingin menyekolahkan anaknya. Padahal sang anak sebenarnya bisa berusaha sendiri. Prinsip ini banyak dilakukan oleh anak-anak muda di Barat. Mereka akan mencari kerja sesudah umur 18 tahun. Padahal dari keluarga mampu. Budaya mereka memang beda.

Ketiga, berusahalah untuk mencari kerja sampingan meskipun orangtua dari keluarga berada. Tujuannya bukan semata-mata mencari uang, namun belajar untuk mempunyai tugas dan tanggungjawab, memperluas wawasan, serta menambah network.

Keempat, sambil bekerja, usahakan untu bisa menabung. Kurangi pembelanjaan yang tidak perlu, misalnya untuk pakaian, gadget dan asesori lainnya yang sebenarnya hanya pemborosan. Sebagai gantinya, jika tidak mampu untuk kuliah, ambil kursus atau pelatihan yang memberikan keterampilan ganda, termasuk pelatihan bahasa asing seperti yang dilakukan oleh Kholis.

Dan yang terakhir, kalaupun kuliah lagi, usahakan mencari jurusan yang mudah mencari kerja serta banyak dibutuhkan oleh masyarakat luas.  Kalau hanya sekedar kuliah, banyak sebenarnya jurusan yang mudah serta murah, tetapi lulusannya susah cari kerja dan sudah terlalu banyak jumlahnya. Jurusan seperti ini sebaiknya dihindari.

Formula ini mungkin bukan yang terbaik. Setidaknya dari pengalaman Kholis, kita bisa belajar, sekiranya belum mampu untuk membuat orangtua kita bahagia karena kita belum punya penghasilan mapan, tolong jangan tambah derita mereka.

Buat saudara Kholis, I am so proud of you......

27 March 2021

Ridha Afzal      

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun