Mohon tunggu...
Ridha Afzal
Ridha Afzal Mohon Tunggu... Perawat - Occupational Health Nurse

If I can't change the world, I'll change the way I see it

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ahok dan Potret Cara Berkomunikasinya

18 September 2020   16:27 Diperbarui: 18 September 2020   16:53 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: karikatur.blogspot.com

***
Kini memasuki abad ke 21, nyatanya tidak berubah sikap manusia. Saya hanya menyebut empat orang saja dari 11 toko dunia yang bermulut 'kotor'. Di antaranya adalah 1. Jendera Mustafa Tlas, Menteri Pertahanan Suriah yang pernah menyebut Yasser Arafat sebagai 'anak dari 60.000 sundal'. 

Ke-2. Huga Chaves, Presiden Venezuela yang pernah menyebut George W.Bush sebagai 'the devil' atau Iblis, dalam sebuah pidato dramatis di PBB tahun 2006.

Contoh ke-3. Saat terjadi bentrokan diplomatik di Uni Eropa, ketika Perdana Menteri Italia, Silvio Berlusconi menyebut anggota parlemen UE, Martin Schulz sebagai tentara Nazi. 

Dan yang ke-4. Boris Johnson, Menteri Luar Negeri Inggris pada tahun 2007 pernah mencela Hillary Clinton. "Hillary memiliki rambut pirang yang membosankan, bibir cemberut, dan pandangan yang dingin, seperti suster sadis di rumah sakit jiwa," kata Boris Johnson. Pada 2016, mantan Wali Kota London itu menarik ejekannya itu dan mengatakan kalimatnya di luar konteks (Liputan6.com.,7/9/2016).

***
Di Indonesia, ternyata kita juga punya. Padahal, mestinya kita malu. Kita selalu gembar-gemborkan sebagai bangsa yang menjaga adat ketimuran. Kita dari kecil sudah terbiasa dicekoki dengan etika dan pendidikan agama, supaya tahu bagaimana harus berbicara sopan.

Betapapun marah, omongan kotor tidak serta merta bisa digunakan sebagai pembenaran. Oleh sebab itu ada etikanya. Ada ilmunya. Di sinilah bedanya orang yang pernah sekolah dan orang yang berfikir.

Akhir-akhir ini marak lagi berita tentang omongan Ahok. Orang kita sudah tidak kaget lagi dengan gaya bicaranya. Mungkin saja yang disampaikan Ahok benar, tetapi tidak baik. Saya berikan link contoh gaya bicaranya yang tidak harus ditiru oleh seorang pejabat: https://www.youtube.com/watch?v=UlWAcoPClZw.

Isu terkait Pertamina adalah contoh lainnya, jauh di luar jangkauan saya sebagai rakyat kecil, rendahan. Orang biasa yang tidak tahu apa-apa. Tetapi kami tahu etika, mana yang baik dan mana yang benar.

Kami juga tahu yang baik dan yang benar. Bagi kami, perawat misalnya sebagai profesi yang mengedepankan etika, sebelum wisuda saja, kami disumpah. Itu menandakan bahwa yang namaya etika harus selalu dikedepankan.

Yang menjadi masalah adalah, ketika kami berada di dunia nyata sesudah selesi kuliah, orang-orang seperti Ahok misalnya, bebas 'berbicara'. Mungkin maksudnya baik, yakni memberikan pembelajaran bagi staff  Pertamina yang korup. 

Akan tetapi, hemat kami, ada batasan di mana dan kapan harus berbicara. Ahok, bukan contoh yang baik bagi kita.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun