Fahri Hamzah (FH). Tetapi bukan bergunjing. Kami tidak bicarakan kekurangannya. Juga tidak memuji-muji kelebihannya. Kalaupun muji, saya juga gak bakalan dapat apa-apa dari FH.
Pagi tadi saya ngobrol, dengan rekan seprofesi asal Sumbawa. Obrolan ke sana-ke sini hingga ujungnya sampai padaSaya hanya bertanya, sejah 'pensiun' nya dari DPR, pelajaran berharga apa yang bisa ditarik dari seorang FH? Teman saya bilang, FH anti KKN. Bicaranya lantang tanpa beban jika ngomong soal korupsi. Karena itu tidak segan-segan dia suarakan.
Keluarga FH bukan keluarga kaya sekali yang membuat sanak saudara bisa lancar dalam segala urusan.Â
Usaha Lobster miliknya, itu biasa lah. Petani biasa juga banyak yang punya. FH orangnya suka membantu anggota keluarganya yang membutuhkan. Namun bukan untuk memperoleh kemudahan pekerjaan di Pemerintah, atau mendapat jabatan.Â
FH juga tidak segan-segan membantu kerabatnya yang merasa kesulitan membayar kuliahnya. Dari sini saya ngerti. FH sangat hat-hati jika berurusan dengan 'korupsi'.
Mengapa Tidak Menyukai FH?
Di media pagi ini, terkait kunjungannya bersama Anis Matta ketemu Pak Presiden pada tanggal 20 Juli 2020 lalu, dalam rangka memperkenalkan partai yang baru mereka dirikan, Partai Gelora, saya lihat ada tiga komentar, sebagai berikut:
Dari Muhammad Zaki,: "... yang lambenya tukang nyinyirin pak Jokowi akhirnya datang juga ke Pak Jokowi minta dukungan, apa ini yang namanya munafik, koplak rai gedek, muka tembok."
Dari Abdi Tunggal, : "...walah ini orang akhirnya mau ikut pesta pora juga...hahaha."Â
Kemudian dari Dorit Moniaga, : "....halah..... badut politik..... cari uang koq dari beginian...... gak ada kerjaan lain apa ?!" (Kompas.com. 20/7/2020).
Komentar negatif dari orang-orang yang tidak paham, itu biasa.Â