miskin, harus diakui bahwa jumlah anak-anak orang kaya yang sukses, jauh lebih banyak dari pada anak orang miskin yang sukses. Lihat saja Anies Baswedan, Sandiaga Uno, keluarga Habibie, Prabowo, dan lainnya, semua mereka keturunan orang kaya.
Tanpa bermaksud mendemotivasi anak-anak dari keluargaWalaupun ada memang orang seperti Dahlan Iskan yang sukses dari keluarga sangat sederhana. Namun jumlah orang seperti Dahlan Iskan ini sangat sedikit dibanding yang seperti Sadiaga Uno dan kawan-kawan.
Terlebih di masa Pandemi ini, terlihat sangat menyolok perbedaannya. Tidak butuh sebuah penelitian guna membuktikan alasan yang membuat anak orang kayak yang sukses jauh lebih banyak dari anak orang miskin yang sukses.
Contoh sederhananya adalah, anak orang kaya tidak perlu mikir beli Hape dan Pulsa. Sementara, anak orang miskin, jangankan untuk beli Hape, untuk memenuhi kebuthan hidup sehari-hari saja di tengah masa ini, tidak gampang.
Kita kadang enak saja mengomentari. Anak yang memperoleh nilai rendah atau tidak berprestasi di sekolah kita salahkan sebagai pihak yang paing bertanggungjawab, dengan alasan malas belajar dan lain-lain. Kita jarang secara bijak fair dalam menilai.Â
Kita tidak tahu bahwa ada banyak factor yang melatarbelakangi mengapa nilai mereka rendah atau gagal dalam seklahnya. Bahwa bukan hanya kemiskinan saja yang membuat mereka tidak mampu belajar.
Kurangnya akses erhadap informasi, diskriminasi dalam kelas, pelayanan kesehatan yang kurang, perkembangan ekonomi yang rendah, eksploitasi pekerja, standard pendidikan yang rendah, kualitas SDM, mahalnya harga kebutuhan pokok, lingkungan individualis yang tidak kondusif, lapangan kerja yang kurang, rendahnya peghasilan, dan masih banyak lagi deretan penyebab semua ini.
Lebih dari 50% teman-teman kuliah saya memang mampu membayar uang kuliah. Tetapi saya tidak tahu bagaimana perjuangan orangtua mereka untuk bayar kuliah. Rata-rata memang punya motor. Tetapi saya tidak tahu bahwa guna bayar kuliah dan nyicil angsuran bulanan motor itu ternyata tidak sedikit yang didapat dari hasi jual tanah.
Sementara anak-anak orang kaya, biaya kuliah tidak pernah mikir. Beli dan gonta-ganti Hape, pulsa, buku, motor bahkan mobil tidak pernah jadi problema. Mereka hidup penuh privilege. Di tangan mereka penuh motivasi, seolah keberhasilannya adalah karena usaha keras.
Padahal mereka bisa besar karena privilege yang didapat dari orangtuanya. Diakui atau tidak, secara langsung atau tidak, anak-anak orang kaya ini sukses karena privilege.