Mohon tunggu...
Ridha Afzal
Ridha Afzal Mohon Tunggu... Perawat - Occupational Health Nurse

If I can't change the world, I'll change the way I see it

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mendikbud dan Menristekdikti Tidak Boleh Menang Sendiri

3 Agustus 2020   07:32 Diperbarui: 3 Agustus 2020   08:00 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Indonesia Bukan Jakarta

Sebagaimana diketahui bahwa rakyat Indonesia 44% hidup di desa. Artinya, hampir separuh (sekitar 130 juta jiwa) rakyat kita bisa saja tidak memiliki fasilitas lengkap terkait kepentingan PJJ ini. Belum lagi memperhitungkan jumlah penduduk miskin yang menurut BPS mencapai 10.14 juta jiwa pada tahun 2018.

Kondisi seperti ini sangat penting dijadikan bahan pertimbangan dalam PJJ. Sarana dan prasarana PJJ di kota sangat beda dengan di daerah. Contoh yang sangat sederhana saja, untuk mendapatkan pulsa. Di kota-kota sangat mudah mendapatkannya. Sementara di Pulau Alor, bisa jadi orang harus jalan kaki 1-2 km bahkan 5 km untuk mendapatkan pulsa.

Penerapan PJJ di daerah yang status nya Hijau, sangat tidak adil. Terlebih lagi, PJJ pada kenyataannya, meskipun baik untuk sejumlah kalangan masyarakat, PJJ ini tidak selalu menguntungkan dan dibutuhkan kalangan masyarakat bawah. Belum lagi jika pada anak-anak di mana orangtuanya tidak paham tentang bagaimana menggunakan teknologi.

Sebagaimana diketahui, banyak orangtua, khususnya ibu-ibu yang mengeluh masalah pembelajaran ini. Mereka yang tidak mengetahui cara menggunakan Hape dalam pembelajaran ini mengalami kesulitan. Akibatnya, bukan anak-anak yang belajar, tetapi orangtuanya yang lebih banyak aktif selama proses belajar mengajar berlangsung.

Esensi Tujuan Belajar

Tujuan belajar adalah perubahan tingkah laku. Perbahan ngkah laku ini berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan. Prosesnya, harus berorientasi pada peserta didik (Student Oriented) agar tujuan bisa dicapai secara maksimal. Karena student oriented, maka segala sesuatunya harus berpusat pada potensi mereka, kemampuan mereka serta sebagal sesuatu yag dimiliki oleh mereka.

Memaksakan anak-anak yang belajar di Pulau Sempu (Malang Selatan) sama dengan yang ada di Surabaya adalah kenistaan. Demikian pula yang ada di Pulau Bangka dengan yang ada di Bandung.    

Oleh sebab itu, sebagai masukan, Mendikbud dan Kemenristekdikti harus melakukan pemetaan berdasarkan hasil penelitian, agar semuanya diuntungkan. Tidak berat sebelah. Penerapan system belajar tidak bisa menggunakan prinsip sama rasa sama rata. Apa yang dibutuhkan di kota, tidak selalu dapat digunakan oleh orang desa.

Lakukan pemetaan yang berdasarkan skala status Corona jika landasan dasar yang diguanakan adalah guna mencegah terjadinya perluasan penularan Covid-19. Terapkan cara belajar seperti semula bagi wilayah yang statusnya Hijau. Yang kuning menerapkan protocol kesehatan. Sedangkan yang merah, untuk sementara lakukan PJJ. Dengan demikian, semuanya dapat dan diuntungkan.  

Memang berat dan tidak mudah jadi seorang Menteri. Apalagi ngurus pendidikan sebuah negara seperti Indonesia. Masyarakatnya banyak, wilayah luas, beraneka suku dan budaya. Tentu imbasnya adalah tidak semua orang memiliki cara pandang yang sama terhadap cara pembelajaran yang efektif di tengah konflik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun