Dengan sedikit penghasilan yang saya dapatkan di Aceh, sebagai pegawai dengan status Honor 2 tahun lalu, saya harus bijak dalam menggunakan pemasukan.Â
Alhamdulillah, dibandingkan dengan teman-teman seangkatan, saya sangat beruntung. Minimal tidak lagi hidup bergantung pada orangtua. Guna memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, Alhamdulillah cukup dari honor yang saya terima.
Dua manfaat paling berharga dari hasil kerja sebagai tenaga honor di Aceh adalah, pertama saya bisa gunakan untuk bayar pelatihan Hypnotherapy. Yang kedua, untuk beli tiket, terbang lagi ke Jawa.
Saat mengikuti pelatihan Hypnotherapy, saya belajar tentang bagaimana menyikapi fenomena kehidupan secara obyektif dari sisi positif. Tidak ubahnya 4 orang buta yang sedang menyentuh seekor gajah.
Yang pertama bilang, gajah itu kecil dan tidak berbulu seberapa lebat, karena yang disentuh hanya ekornya. Orang buta kedua, menyentuh gadingnya. Mengatakan, bahwa gajah itu keras dan melengkung serta tidak begitu besar, meski agak panjang. Orang buta ketiga memegang telinganya bilang, bahwa gajah itu lebar, tipis. Sedangkan orang buta keempat, yang memegang perutnya yang bilang bahwa gajah itu besar, lebar dan kuat.
Demikianlah, saya diajarkan dalam mengamati problematika yang ada dalam kehidupan ini. Setiap orang memiliki perspektif yang berbeda tergantung objek yang dialaminya, meskipun pada dasarnya sama. Sudut pandang yang berbeda. Â
Ada banyak yang negative, tetapi yang positif tidak kalah jumlahnya. Artinya, dalam setiap kesulitan, sebenarnya tersimpan banyak kemudahan. Termasuk kasus ribuan tenaga honor yang ada di Indonesia ini, tidak semuanya bernasib buruk.
Berikut ini kondisi tenaga honorer di Indonesia dan penyebabnya, mengapa mereka terkesan nyaman, stagnan dan tidak ada niat untuk berubah.
Berharap Ada Peluang PNS
Menurut Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN-RB) masih ada kurun waktu 5 tahun lagi bagi para tenaga honorer K2 (THK2) untuk mengikuti seleksi sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN). Hal ini, sejalan dengan rencana pemerintah menghapus tenaga mereka secara bertahap.
Dalam catatan Kemen PAN-RB, Â sebanyak 438.590 orang yang masih menyandang status honorer. Terdapat 157.210 (35,84%) berprofesi sebagai guru. Mereka mendapatkan upah langsung dari masing-masing kementerian tempat mereka bekerja (Merdaka.com., 20 Jan.2020).