Mohon tunggu...
Ridha Afzal
Ridha Afzal Mohon Tunggu... Perawat - Occupational Health Nurse

If I can't change the world, I'll change the way I see it

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

75 Tahun Merdeka, Kapan Masa Emas Perawat Indonesia?

22 Juli 2020   16:17 Diperbarui: 22 Juli 2020   16:48 1128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source: Gustinerz.com

Era Pertama

Saya sempat bertemu para senior angkatan tahun 70-an. Mereka lulusan SPR sebelum beralih ke SPK. Jebolan SPR yang diterima dari lulusan SMP ini orientasi pendidikannya ke clinical skills, hospital oriented.

Selama pendidikan tidak perlu biaya, di sekolah negeri gratis, bahkan dapat uang saku. Perolehan kerja sangat mudah. Kecuali dari swasta yang jumlahnya sangat sedikit, boleh dibilang 100% lulusan SPR negeri, ditampung menjadi PNS. Pangkat dan golongan setingkat lulusan SMA, Golongan IIA.

Beberapa jeloban SPR ada yang mengikuti program kerja ke luar negeri, di tahun akhir 80-an dan awal 90-an. Sesudah itu tidak nampak lagi. Mereka saat ini rata-rata sudah sangat senior, banyak yang sudah pension. Tidak sedikit yang melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi, menempati posisi pimpinan di lembaga, baik itu di layanan maupun pendidikan.

Era Kedua

Sesudah SPR, lahirlah Sekolah Perawat Kesehatan (SPK). Dimulai pada tahun 1978. SPK ini waktu itu disebut-sebut sebagai pembaharu sistem pendidikan keperawatan. 

Orientasi kurikulumnya berfokus pada community healthcare. Pendidikan SPK ini belajar kerumah sakitan, Puskesmas, Kesehatan Masyarakat serta keperawatan maternitas. Laki-laki maupun perempuan diwajibkan bisa menolong persalinan.

Pada masa ini, 1980-1990, tidak ada pendidikan Bidan (SPB), kecuali program Diploma 1 Kebidanan yang dibuka sekitar tahun 1985. Di era SPK, ada kewajiban menolong persalinan minimal. 

Laki maupun perempuan dinas di Unit Kebidanan dan Penyakit Kandungan. Praktik kesehatan masyarakat menduduki proporsi yang cukup besar. Setiap pekan target praktik kerja di masyarakat sesudah 3 bulan pendidikan, hingga semester 6, selama 4 jam.

Mata kuliahnya mencapai 40-an, lebih bersifat individual. Ada pengotakan antara keperawatan, kedokteran, kesehatan masyarakat serta mata kuliah kesehatan lainnya. Sama seperti SPR, dosen-dosen di SPK terbagi rata dari profesi keperawatan, kedokteran, farmasi, gizi, hingga kesehatan lingkungan.

Era 1980-2000 ini era jayanya sekolah keperawatan. Perolehan kesempatan kerja sangat mudah. Tidak sedikit kampus negeri dan swasta yang 100% lulusannya jadi PNS, bahkan sudah mengisi formulir kepegawaian sebelum lulus. Regulasi dirasakan tidak berbelit. Pendidikan SPK di era ini bertahan selama 20 tahun, sampai tahun 2000. Sayangnya, program ini perlahan ditutup, karena terjadi pergeseran dari SPK ke Akper
.

Pada akhir tahun 1980-an hingga 1990-an pertengahan, terjadi kampanye besar-besaran pemberangkatan kerja perawat di luar negeri. Pesertanya sebagian besar lulusan Akper, tetapi ada juga yang dari SPR dan SPK. Regulasi pemerintah waktu itu masih lunak. Belum ada Surat Tanda Registrasi (STR). Apalagi Ukom (Uji Kompetensi). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun