Bergumul dengan dunia tulis-menulis di Kompasiana memasuki bulan ke tiga, saya bisa belajar banyak. Tujuan dari pembelajaran pribadi ini adalah untuk mengubah perilaku. Ada tiga komponen perubahan perilaku dalam dunia pendidikan menurut Bloom dalam Learning Theories nya, yang dikenal dengan Bloom Taxonomy (1956). Tiga komponen yang dimaksud adalah aspek cognitive (pengetahuan), affective (sikap) serta psychomotor (keterampilan). Â
Aspek Pengetahuan, tentu saja saya tidak menolak kenyataan, bahwa dengan membaca tulisan teman-teman di Kompasiana, saya seperti membolak-balik puluhan Koran. Bukan hanya lokal, juga internasional. Dari berita tentang politik, ekonomi, pemerintahan, social budaya, gaya hidup, hingga hiburan.Â
Namun kayak makanan, tidak semua menu saya doyan. Lagi pula, kalau semua harus saya santap, memangnya saya tidak punya kerjaan lainnya? Makanya, saya milih-milih.
Yang paling banyak dikupas dan laris pembacanya adalah berita tentang Jokowi. Tentu saja, karena beliau adalah presiden kita. Anies Baswedan, Denny Siregar, Ahok, Amien Rais, Prabowo, Risma, dan konco-konconya, juga laris. Namun saya tidak banyak membacanya. Bukan karena apa-apa. Persoalan interest saja.Â
Saya tahu dan mengerti, mengangkat nama mereka yang jadi trending topic, bisa mengangkat rating kita sebagai penulis. Khususnya pemula seperti saya, Ridha Afzal. Lumayan jika cepat naik jumlah Viewers nya lantaran nulis aspek pengetahuan, tentang orang-orang terkenal ini. Â
Aspek Afektif atau sikap. Membaca konten tulisan tentang sikap ini bagi saya tidak kalah pentingnya. Isinya tentang pendidikan, moral, emosional, psikologi, kehidupan social dan religi. Membaca tuisan di area ini mengajak kita untuk refleksi, agar menjadi manusia yang lebih baik. Melengkapi kekurangan, mengoreksi kesalahan dan meningkatkan nilai-nilai moral spiritual dalam hidup bermasyarakat.
Sedangkan untuk aspek keterampilan (psikomotor), agak jarang. Aspek keterampilan ini tidak sesering Fiksiana, Cerpen, social politik, gaya hidup dan sejenisnya. Saya tidak tahu mengapa. Sharing ilmu yang terkait masak memasak, automobile hingga bagaimana bikin Tempe 'kurang' begitu mendapat tempat di hati penulis. Walaupun ada, persentasinya tidak banyak. Bagaimanapun saya sesekali melihatnya, syukur jika bisa menerapkannya, misalnya terkait Tata Boga atau automobil.
*****
Secara umum, meskipun saya tidak miliki statistiknya, terlepas dari puluhan ribu viewers Kompasiana yang ada, di dalam dan luar negeri, mereka yang rajin nulis ternyata orangya 'itu-itu' raja. Untuk menjadi penulis yang rajin memang tidak gampang. Butuh kedisiplinan tinggi, komitmen dan konsistensi.
Rajin dalam arti menulis dikerjakan secara rutin, tidak peduli bagaimana situasi lingkungan juga perasaan sang penulis. Namanya saja rajin. Apakah dibayar atau tidak, dapat point atau tidak, diberi reward atau tidak, mereka tetap akan menulis.
Untuk kelompok ini sangat jarang. Saya amati mereka yang sering menulis di kolom Politik, Ekonomi, Hiburan, Humaniora, Olahraga, Wisata, Gaya hidup, Teknologi, Fiksiana, orangnya juga 'itu-itu saja' yang rajin. Memang, ada yang penulis di semua kolom, meskipun persentasi menulisnya tidak sama. Akan tetapi hars diakui, ada penulis yang fokus, yang lebih suka di Sosial Budaya, ada yang suka Politik dan ada pula yang Gaya Hidup lebih dominan.