Mohon tunggu...
Ridha Afzal
Ridha Afzal Mohon Tunggu... Perawat - Occupational Health Nurse

If I can't change the world, I'll change the way I see it

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Suka Nulis tapi Gak Dibayar Itu Kayak Nyanyian Lama "Benci Tapi Rindu"

2 Juli 2020   20:25 Diperbarui: 2 Juli 2020   20:25 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source: cartoonstock.com

Mungkin pembaca heran, ke mana arah tulisan saya ini. Demikianlah arah sebuah tulisan. Kadang fokus ke satu arah. Kadang mutar-mutar dulu sebelum mencapai tujuan. Kadang berkilas balik. Setiap pembaca, setiap orang memiliki selera yang berbeda. Kurang lebih demikian juga kalau itu sebuah makanan. Tapi tetap enak dimakan, bagi yang lapar.

Saya ingin ngajak pembaca kembali ke judul.

Ada orang-orang yang dari keluarga cukup secara finansial, merasa nulis adalah passion. Golongan ini, tidak 'butuh' duit. Karena dari warisan ortunya saja, tidak habis dimakan tujuh turunan. Ada juga golongan orang punya, tetapi tetap ingin dapat duit dari nulis. Golongan ketiga, orang yang ingin nulis hanya sebagai hobi. Dibayar atau tidak tak masalah.

Golongan ke empat, ada yang nulis guna menambah penghasilan. Nulis sebagai mata pencaharian ekstra. Golongan kelima nulis sebagai mata pencaharian utama, yang dari sana dia dapat duit untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Golongan terakhir, keenam, nulis hanya untuk sambilan, pelepas lelah. Kadan-kadang saja nulis, kalau lagi ada mood untuk nulis.

Keenam golongan ini saya rasa ada semua di Kompasiana. Saya mengamati selama dua bulan terakhir ini, sejak mulai awal Bulan Puasa. Ada teman-teman yang sangat aktif (Hiperaktif). Setiap hari nulis tanpa jedah. Saya mikir, "Koq ada waktu ya?" Emangnya kerjanya apa? Ada juga yang setiap dua tiga hari nulis. Yang ini saya paham. Tapi ada yang musiman. Serta ada lagi yang sesekali muncul, kemudian tenggelam.

Yang paling menarik adalah penulis yang memiliki point sudah ribuan. Follower nya ratusan. Jumlah artikelnya mencapai angka ratusan malah ada yang ribuan. Dalam hati saya juga berkata, "Ini setiap bulan, asal rajin, pasti otomatis duitnya ngalir terus." Meski tidak banyak, minimal bisa jadi penyemangat.

Namanya juga manusia. Suka jika mendapatkan reward. Makanya saya sangat beryukur kepada Kompasiana yang pandai menjaga perasaan para penulis, khususnya yang muda-muda. Guna menyemangati mereka, Kompasiana memberikan penghargaan, berupa sejumlah Rupiah. Ini yang membuat teman-teman ingin menjadi penulis produktif. Ingin selalu menulis.

Susahnya, bagi penulis pemula, yang banyak berharap dapat honor, tapi gak kunjung tiba. Jangankan honor, narik minat Viewer untuk membacanya saja, susah banget. Apalagi jika dituntut harus berjumlah 3000 pasang mata, atau karyanya harus masuk kategori Headline. Saya kuatir, mereka jadi mahasiswa jurusan 'penulis' yang bakal Drop Out.

Untuk golongan terakhir ini saya tidak punya jurus jitu bagaimana harus mengatasinya. Karena bagi yang sudah seniorpun, yang hobi nya nulis, tidak lepas dari prasangka. Bahwa jika tidak mendapatkan reward, rasanya seperti mendendangkan lagu lamanya Diana Nasution: Benci Tapi Rindu.

Malang, 2 July 2020
Ridha Afzal      

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun