Mengenal karakter seseorang lewat tulisannya tidak seperti Ilmu Grafologi, sebuah metode ilmiah untuk mengenali, mengevaluasi dan mengetahui kerpibadian seseorang melalui tarikan dan pola yang ditampilkan oleh tulisan tangan kita.
Saya sih tidak percaya. Kalau pun ada yang tepat 'dugaan' di atas, bisa jadi kebetulan. Termasuk mitos, bahwa tulisan dokter umumnya tidak bisa dibaca. Orang yang tulisannya jelek, dibilang 'kayak tulisan dokter'. Menurut 'ramalan' pada uraian di atas, orang yang tulisannya susah dibaca tergolong 'extrovert', menutup diri, tidak terbuka. Berarti, tulisan dokter yang rata-rata sulit dibaca, itu orangnya introvert dan tidak suka terbuka? I don't think so!
Orang-orang UK atau USA, banyak yang tulisannya 'jelek' menurut ukuran rata-rata orang kita, tapi terbaca. Yang ini kategorinya bagaimana, hayo? Orang Filipina, rata-rata tulisnnya rapi tertata dengan baik. Apa berarti mereka terbuka, suka hidup terstruktur? Tidak juga. Sementara orang kita yang tulisannya bagus, terbaca degan baik, apa juga berarti rajin? I don't think so!
Maksud saya dalam artikel ini bukan mengupas 'ramalan' karakter seperti itu. Maksud saya adalah, melalui content tulisan, bukan cara menulis huruf-hurufnya, kita bisa mengetahui 'karakter' seseorang?
Kkkk
Ada memang tipe orang-orang tertentu yang terdapat kesesuaian antara isi tulisan dengan karakternya. Misalnya tulisan-tulisan Buya Hamka. Melalui buku-bukunya orang bisa membaca bagaimana sebetulnya karakter beliau. Nama lengkapya Haji Abdul Malik Karim Amrullah asal Sumatera Barat ini, sangat dikenal sebagai tokoh masyarakat, ulama terpandang, yang konsisten antara apa yang diucapkan dan perbuatannya. Ada kesamaan antara tulisan-tulisannya dengan kepribadiannya.
Beliau memiliki apa yang disebut konsistensi dan komitmen sebagai orang besar. Selain dikenal sebagai Ulama, beliau juga filosof serta sastrawan. Buku-buku hasil karyanya sangat kita kenal seperti Tenggelamnya Kapal Van der Wijck, Di Bawah Lindungan Ka'ba, Tafsir Al Azhar, Lembaga Hidup, Tasawuf Modern, dan lain-lain. Karakter Buya Hamka bisa terbaca lewat karya-karyanya. Semua orang setuju, tidak menolak.
Demikian pula misalnya, Dahlan Iskan. Dari karya-karyanya, misalnya 'Ganti Hati', orang bisa membaca bagaimana karakter beliau. Lewat tulisan-tulisannya, orang akan tahu bahwa beliau orangnya ulet, bukan pribadi yang manja, suka kesederhanaan, jujur dan tipe pekerja keras.
Memang benar, to some extent, penulis-penulis kisah perjalanan, autobiografi, suka mencatat apa yang dialaminya dan dirasakan langsung, baik secara fisik psikologis, mental spiritual, bisa terbaca karakter atau wataknya. Hanya saja, ini akan terjadi pada penulis-penulis besar, senior yanridg sudah bertahun-tahun menekuni dunia tulis menulis.
Sementara penulis pemula, walaupun karakternya baik, tetapi karena pengalamannya masih 'kemarin sore' orang akan menganggap pribadinya belum matang, belum bisa terbaca lewat karyanya. Karakternya masih sulit 'dibaca'. Tidak jarang, justru membuat orang lain malah 'tertawa'. Ada juga kasus, meskipun orangnya sudah senior, tua dalam artian umur, bijaksana, baik budi pekertinya, namun karena tidak pandai menulis, karakternya sulit dimengerti.
Jadi kesimpulannya bagaimana?