Kapan itu kompor di rumah kami ganti. Kurang lebih ukuran dan modelnya sama. Hanya saja tidak semua orang bisa memasangnya. Butuh tenaga terampil, karena harus 'ditanam'. Oleh pak Satpam disarankan memanggil seorang tukang di kompleks perumahan, namanya Jansen.
Saya kenal, karena beliau pernah kami minta juga untuk membuat kamar mandi baru dibagian luar rumah. Juga pernah kami minta untuk memperbaiki atap rumah.
Ternyata pak Jansen, selain piawai di bangunan, bisa juga diminta untuk memperbaiki dan atau memasang kompor jenis tanam ini. Pak Jansen cukup padat jadwalnya. Kami dapat giliran malam hari sesudah jam 6 sore. Pagi hingga sore orangnya ada pekerjaan lain.
Katanya jadwal orangnya cukup padat. Kerjanya bagus dan berkualitas. Saya pun menghubunginya. Orangnya datang, melihat dan merinci daftar kebutuhan layaknya seorang yang professional di bidangnya.
Dari kedua jenis pekerja di atas, terlihat bahwa memiliki keterampilan saat ini sangat dibutuhkan masyarakat. Terutama yang ada kaitannya dengan kebutuhan sehari-hari di rumah, bangunan dan pemeliharaan alat-alat rumah tangga. Pekerja harian seperti ini hemat saya sangat laris. Sayangnya jarang diminati oleh generasi muda yang lebih menyukai pekerjaan 'ringan' dan kantoran.
Namun begitu, baik pekerjaan yang ditekuni oleh Pak Jansen maupun Pak Nan, kedua tukang di atas, kedua-duanya ternyata tidak gampang. Keduanya sudah senior di bidangnya dan sudah menekuninya bertahun-tahun. Ini berarti bahwa keterampilan, apapun jenisya membutuhkan ketekunan dan keseriusan. Bekal inilah yang digunakan untuk memberikan kepercayaan pada pelanggan.
Saat ini sudah ada berbagai jenis pendidikan mulai dari tingkat SMK hingga perguruan tinggi yang menawarkan berbagai jenis kerja yang terkait keterampilan sebagaimana yang digeluti oleh Pak Jansen dan Pak Nan.
Di SMKN Singosari-Malang misalnya, menawarkan berbagai jurusan seperti Teknik Bangunan, Teknik Survei dan Pemetaan (Geomatika), Teknik Ketenagalistrikan, Teknik Mesin, Teknik Otomotif dan Teknik Alat Berat. Pendidikan ini tentu saja formal sifatnya.
Sementara yang dilakukan oleh Pak Jansen dan Pak Nan keterampilan yang diperolehnya berasal dari pengalaman alias pendidikan non formal. Di lapangan, masyarakat tidak membutuhkan ijazah atau asal sekolah, kecuali profesi tertentu seperti kesehatan. Atau apabila kita menginginkan menjadi pekerja formal di instansi maupun perusahaan.
Pada dasarnya, memiliki keterampilan, tunggal (single) ataupun campuran (multiple), butuh kiat-kiat tertentu. Memiliki keterampilan tunggal atau lebih, ada untung ruginya. Di bawah ini adalah kelebihan dan kekurangan bila menjadi karyawan antara yang single skill atau multi skill.
Single-Skilled Labor
Menurut Expert360.com, dalam artikel yang berjudul 7 Advantages of the Highly Skilled Contingent Workforce Strategy, keuntungan perusahaan yang mempekerjakan single-skilled workforce antara lain: pertama, perusahaan yang memiliki karyawan berketerampilan tunggal ini berifat spesialis.Â