Mohon tunggu...
Ridha Afzal
Ridha Afzal Mohon Tunggu... Perawat - Occupational Health Nurse

If I can't change the world, I'll change the way I see it

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Banjir Cum Laude, Banjir Orang Pintar, dan Banjir Pengangguran

24 Juni 2020   06:32 Diperbarui: 24 Juni 2020   06:34 864
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rijal Maulana, lulusan program Profesi Ners Universitas Syiah Kuala, Aceh, saat diwisuda, tersenyum lebar ceria. Bersamanya, tidak kurang dari 80 orang wisudawan juga meraih predikat Cum Laude. Untuk angkatannya, dari 80 mahasiswa, 5 orang meraih predikat yang sama.

Ada rasa bangga mengalir dalam darah sekujur tubuhnya. Hidup jadi sangat bersemangat seketika. Memberikan hadiah terbaik bagi kedua orangtuanya, Rijal, satu-satunya cowok yang menyandang predikat pujian, wajar jika memiliki segudang impian. Kerja kerasnya tidak sia-sia. Ketika dipanggil ke panggung wisuda untuk menerima placard, luapan kegembiraan sulit dilukiskan. Bersama kedua bapak dan bundanya, Rijal berpose bersama. Bukti perjuanganya berujung dengan keberhasilan cemerlang dalam bidang pendidikannya.

Namun ternyata belum selesai sampai di sana. Sepulang dari wisuda, fikirannya melayang jauh. Sebuah pertanyaan mengusik prestasi yang diraihnya. Mau kerja di mana esok harinya?  

Diakuinya saat ini memang bayak orang pintar. Akan tetapi masih sebatas pada kepintaran akademik, katanya. Sementara kecerdasan sosial, emosional dipertanyakan. Masih dirasakan adanya kesenjangan di sana-sini. Di antaranya yang paling menonjol adalah persoalan perolehan lapangan kerja atau kemampuan membuka lapangan kerja.
 
Negara kita makin lama makin modern. Fasilitas belajar, sarana dan prasarana pendidikan semakin baik. Didukung oleh perbaikan gizi anak, membuat banyak anak Indonesia makin pintar. 

Di UGM tahun 2019 lalu misalnya, dari 3.755 lulusan sarjana dan diploma, yang berpredikat cum laude sebanyak 1.128 untuk program sarjana dan 562 lulusan diploma. Mencapai hampir separuh dari jumlah lulusan. Rerata usia lulusan sarjana umur 22 tahun 10 bulan. Sedangkan diploma 21 tahun 4 bulan. Ini artinya, kita semakin memiliki SDM unggul dan kompetitif.

Sementara itu, jumlah angkatan kerja pada Februari 2020 sebanyak 137.91 juta orang, naik 1.73 juta orang dibanding Februari 2019. Setahun terakhir pengangguran bertambah 60 ribu orang. dilihat dari tingkat pendidikan, SMK masih yang paling tinggi, yaitu sebesar 8.48% (BPS.go.id). Dari angka ini terlihat, bahwa pengangguran masih menjadi momok bagi jutaan warga Negara generasi muda yang baru saja menyelesaikan kuliah.

Akan halnya profesi keperawatan, lebih unik fenomena lulusannya. Berbeda dengan jurusan fakultas lain yang mungkin bisa langsung kerja sesuai bidangnya. Di keperawatan tidak demikian. Sesudah wisuda masih harus menunggu ikut Uji Kompetensi (Ukom). Sesudah itu menunggu lagi untuk perolehan Surat Tanda Registrasi (STR).

Sumber: Kata Data, 2020
Sumber: Kata Data, 2020
Masalah ini yang perlu dipikirkan oleh Bapak Menristekdikti. Saat ini Kementrian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi sudah banyak mencetak insan-insan Indonesia untuk menjadi intelektual. Namun ada system yang perlu dikritisi terkait lulusan dan permasalahan yang dihadapi terkait perolehan lapangan kerja.

Memang sebetulnya di bidang keperawatan ada saja peluang kerja walaupun terbatas bagi fresh graduate. Yang menjadi kendala terbesar adalah, fresh graduate keperawatan ini tidak serta merta bisa kerja begitu saja. Ada persyaratan yang harus dipenuhi yang tidak mereka punya setelah wisuda (Ukom dan STR). Rentang waktu menunggu rata-rata 1 tahun itu cukup lama bagi mereka. Bagaimana mempersingkat rentang waktu tunggu inilah yang perlu mendapatkan solusinya.

Satu solusinya  adalah dengan menggunakan Exit Exam guna perolehan STR. Kemenristekdikti mestinya bekerjasama dengan Kemenkes dalam hal ini, mengupayakan bagaimana agar begitu lulus ujian akhir, otomatis mahasiswa bisa mengikuti Ukom. Dengan demikian, tidak perlu bolak-balik. Efisien waktu, tenaga, dana dan fikiran.

Menurut Rijal yang lolos Ukom, soal-soal yang diujikan juga itu-itu saja. Daripada harus keluar duit lagi, belum lagi waktu yang sangat penting, waktu ujiannya bisa disatukan, atau jangan terlalu lama menunggunya. Katakana dua tiha hari, maksimal sepekan. Sehingga ketika wisuda, mereka juga memperoleh STR.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun