Tahun 2008-an, Belanda merekrut Perawat Indonesia, kemudian terhenti. Setahun terakhir ini mereka berniat merekrut perawat kita lagi. Belanda ternyata masih 'suka' dengan Indonesia.Â
Tidak heran, karena hingga kini, aroma Belanda, masih sangat terasa di banyak lini kehidupan di negeri ini. Misalnya penggunaan lambang-lambang di setiap daerah, mendewakan penggunaan gelar, mensakralkan petinggi dan KKN (Kolusi, Korupsi, Nepotisme). Ada yang positif, ada negatifnya di bawah penjajahan Belanda 350 tahun. Â
Secara langsung atau tidak, kalau kita runtut, kualitas pendidikan di Indonesia ini ada hubungannya dengan sistem penjajahan zaman Belanda. Setuju atau tidak kita mendapatkan pengaruh mereka dalam hal pendidikan. Ini bisa dimaklumi karena penggede-penggede kita zaman dulu sekolahnya di negeri Belanda, seperti Tan Malaka, Mohammad Hatta, Muh. Yamin, Sutan Syahrir, dll.
Mereka kemudian balik ke Indonesia dan mengamalkan sebagian dari ilmu yang didapat dari the Netherlands ini di Bumi Pertiwi. Pendidikan merupakan ilmu yang sangat berharga. Melalui pendidikan inilah kita bisa membangun bangsa, baik secara fisik, mental, social, politik, ekonomi, perahanan keamanan, kesehatan dan lain sebagainya.
Sayangnya Belanda beda dengan Inggris. Dibandingkan dengan negara-negara lain peninggalan jajahan Inggris, kita kalah jauh. Katakan dengan Singapore, Malaysia, India, Hongkong, Afrika Selatan hingga Nigeria.Â
Lihat negara bekas jajahan Belanda, seperti Brasil, Vietnam dan Taiwan, kalah sama mereka. Yang paling menyolok adalah sistem pendidikannya.Â
Semua negara jajahan Inggris penduduknya menggunakan Bahasa Inggris. Tetapi tidak dengan bekas jajahan Belanda. Peran Bahasa Inggris sebagai Bahasa Internasional ini sangat berpengaruh dalam perkembangan sebuah bangsa di dalam pergaulan duia pada zaman modern ini.Â
Di sisi pembangunan manusia, peran Bahasa Inggris sangat besar. Â Pendidikan ini berpengaruh terhadap indeks pembangunan manusia.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia menurut United Nation Development Program (HRD UNDP, 2019) sampai tahun 2019 mencapai 0.707 yang berada pada peringkat ke-111 dari 189 negara.Â
Peringkat Indonesia itu jauh berada di bawah negara-negara ASEAN lainnya, seperti Brunei Darussalam, Singapura, Thailand dan Malaysia. Berdasarkan hasil perhitungan UNDP peningkatan IPM negara-negara di dunia dari tahun ke tahun hampir seluruhnya berasal dari kinerja ekonomi dan pendidikan, terutama peningkatan pendidikan yang menjadi indikator penting.