Mohon tunggu...
Ridha Afzal
Ridha Afzal Mohon Tunggu... Perawat - Occupational Health Nurse

If I can't change the world, I'll change the way I see it

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Kue Kering Revolusi Industri 4.0

15 Mei 2020   01:00 Diperbarui: 15 Mei 2020   01:02 596
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada juga Chese Stick atau Stik Keju yang kita gemari. Kue ini konon di Inggris bernama Pipefarces. Di Indonesia Stik Keju ini disajikan dengan saus sambal sebagai pelengkap. Rasanya gurih, cocok disantap dengan Bubur Ayam, Nasi Goreng hingga Steak.

Tiga jenis makanan kering di atas meski populer, tidak sepenuhnya ada di daerah-daerah terpencil atau desa-desa seperti Trenggalek Selatan, atau Aceh Selatan. 

Pada masa kecil kami dulu Mamak suka bikin Pan-panan, kue kering yang menurut saya ribet bikinnya. Generasi Revolusi Industri 4.0 ini 'malas' bikin kue yang berbelit. Pinginnya yag praktis, terkesan trendy. Ibu-ibu masa kini, lewat aneka perkumpulan dan arisan, sangat gemar memperkenalkan resep kue baru atau makanan yang kedengaran dan rasa serta aromanya 'wah....!'

Di tempat saya mondok, dua hari lalu terima pesanan, Kastengel, Nastar dan Semprit. Kata Ibu Santi, yang bikin adonan kue, ada permintaan dari teman-temannya, di Blitar dan Pasuruan. Lumayan buat ngisi waktu luang saat Ramadan. 

Dari pesanan tersebut, pasti ada sisa kue ekstra, bisa ikutan merasakan. Kata beliau, bahan pembuatan untuk Kastengel atau Nastar tidak sampai Rp 100 ribu. Dijualnya Rp 190 ribu untuk Kastengel dan Rp 170 untuk Naster per kilogram.

Masalahnya, bagi saya pribadi, lidah ini agak sulit diajak toleran untuk bisa menikmati kue dengan bahan dasar Keju. Barangkali karena terlalu lengket dengan selera Indonesia. Jadi, apa yang orang bilang 'enak sekali' kue-kue keringnya, bagi saya malah tidak ada yang istimewa. 

Sebaliknya, Kue Bolu yang kami sebut di Aceh nikmat, dinamakan 'Kue Kukus' di Malang, eh.....orang-orang ini malah tidak begitu doyan. Lho? Yang namanya selera itu memang kerapkali bikin susah juga untuk diajak mengerti.

Intinya, seperti kata Astrid di atas, dalam bukunya Best Seller, yang bertajuk Revolusi Industri 4.0. Bahwa dampak teknologi informasi ini terasa sekali. Sampai-sampai kue kering pun, yang dihasilkan terasa era digital, ketularan aroma industrinya. 

Hebatnya, orang kita sangat cinta dengan tanah airnya. Ibarat makan, jika belum nasi, meski sudah kenyang, akan bilang 'belum makan'. Makanya, terakit kue kering modern, orang boleh suka-suka dengan selera. Betapapun sudah banyak yang meninggalkan jajanan tradisional, ternyata masih dicari juga kue khas Indonesia. Kecuali tidak ada pilihan. 

Makanya, sambil menulis artikel ini, tepat di sebelah kiri laptop, ada dua Toples kecil. Masing-masing berisi Kastengel, sedikit Nastar dan Kue Pan-panan. Meski sebenarnya tidak terlalu demen dengan keju, eh.....teryata, saya cicipin juga.  

Malang, 15 Mei 2020.
Ridha Afzal
WA: 0823-6815-5600

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun