Revolusi Tunisia yang sukses menumbangkan Zine El Abidine yang telah berkuasa selama 23 tahun ternyata turut menginspirasi Mesir untuk melakukan hal yang serupa, masyarakat mesir yang telah jengah dengan pemerintahan dibawah kediktatoran Husni Mubarak melakukan aksi masa besar - besaran sejak 25 januari lalu. Dan Husni Mubarak dipastikan tidak akan bertahan dan harus turun walaupun sejak awal ia enggan untuk meninggalkan kursi pemerintahannya.
Presiden Amerika Serikat Barack Obama turut angkat bicara, dengan mendesak untuk melakukan 'transisi yang tertib dan mulus' untuk demokrasi mesir. Di sisi lain, 27 menlu Uni Eropa mendesak Kairo untuk mengambil pendekatan selangkah demi selangkah, dimulai dengan (pembentukan) pemerintah sementara berbasis luas dan berpuncak dengan pemilihan demokratis. Maka tak jauh beda dengan revolusi Tunisia, hasil revolusi mesirpun sudah bisa diprediksi. Mubarak turun dan dibentuk pemerintahan transisi maksimal hanya satu tahun yng tugasnya memastikan terjadinya reformasi konstitusi dan pelaksanaan pemilu yang demokratis.
Jika kita cermati , baik revolusi Tunisia maupun Mesir serta beberapa negri - negri lain di wilayah arab ini, hanya akan berakhir pada pergantian rezim semata, tanpa perubahan sistem yang berarti, khususnya bagi dunia islam. Ini bukan yang pertama kali terjadi, kita bisa lihat reformasi di Indonesia misalnya, berhasil menumbangkan soeharto. Namun faktanya, hingga kini pun persoalan Indonesia belum selesai justru semakin mengalami keterpurukan. Apa yang dulu di era soeharto di kritik oleh para demonstran seperti maraknya korupsi, kolusi, kemiskinan dan mafia peradilan, justru kini terulang kembali bahkan menjadi semakin parah.
Pelajaran penting dari ini semua adalah bahwa perubahan dan pergantian rezim saja tidak cukup, karena akar masalah bukanlah pada pada sosok soeharto, Mubarak, ben alia tau yang lainnya. Tetapi pangkal masalahnya adalah sistem sekuler demokrasi dan sistem ekonomi kapitalisme yang diterapkan oleh rezim - rezim itu. Jadi walaupun puluhan kali mengganti rezim namun tetap menerapkan sistem yang sama yaitu kapitalis - sekuler maka tidak akan pernah ada perubahan yang hakiki menuju kehidupan sejahtera yang diimpikan. Karena persoalan yang sama akan mencul berulang kembali.
Oleh karenanya, sudah saatnya kita berupaya mewujudkan gelombang perubahan yang hakiki. Dimana rakyat bukan hanya sekedar menuntut pergantian orang melainkan yang terpenting adalah pergantian sistem. Dengan penuh kesadaran bahwa sistem kapitalis - sekuler dengan sistem politik demokrasinya telah gagal mensejahterakan. Saatnya kita ganti dengan sistem islam yang berasal dari Allah yang Maha adil dan Bijaksana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H