Mohon tunggu...
Ridaul Maghfiroh
Ridaul Maghfiroh Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa/Miss Hijab DIY 2024/UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Saya suka bercerita, saya memiliki keterampilan dibidang public speaking, konten favorit saya adalah berbagi tips and trick tentang info beasiswa, duta, education dan self improvement

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Moderasi Beragama: Peran Krusial Gen Z dalam Menjaga Harmoni Indonesia

22 Juni 2024   12:54 Diperbarui: 22 Juni 2024   13:00 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Indonesia merupakan negara yang kaya akan perbedaan. Sejatinya Indonesia juga dikenal sebagai negara yang luas dan sangat menjunjung tinggi nilai budaya, keramahan dan sopan santunnya. Nilai- nilai budaya tersebut masih sangat kental di lingkungan masyarakat Indonesia. Namun seiring berjalannya waktu dunia pun mengalami perubahan yang signifikan. Dari masa ke masa, peradaban manusia terus mengalami perkembangan khususnya negara Indonesia. Sejalan dengan perkembangan zaman, Indonesia juga telah banyak mengalami perubahan sehingga menjadikan terkikisnya nilai- nilai kebudayaan yang dimilikinya.

Adapun hal- hal yang menjadikan nilai kebudayaan Indonesia menjadi semakin terkikis adalah adanya sikap ektremisme, sikap radikalisme, fanatisme, banyaknya ujaran kebencian (hate speech), dan sikap intoleran antar sesama. Hal inilah yang menjadikan retaknya hubungan antar umat beragama di Indonesia, sehingga menjadi problem terbesar bagi Negara Indonesia dan harus dicarikan solusi terbaik untuk menyelesaikannya.

Dari pernyataan tersebut maka dapat dikatakan bahwa moderasi beragama dapat dijadikan solusi terbaik untuk mengatasi kemelut yang terjadi pada saat ini. Sehingga tidak akan ada lagi yang saling mencaci maki, saling mengujar kebencian karena perbedaan keyakinan dan merasa dirinya paling benar. Moderasi beragama adalah sikap yang paling ampuh untuk menjadi solusi dalam merespon dinamika zaman ditengah maraknya sikap intoleran, ekstremisme dan fanatisme yang berlebihan. Hal inilah yang patut dipahami dan diterapkan oleh genarasi muda sebagai calon pemimpin bangsa dimasa yang akan datang.

Kemudian, yang menjadi pertanyaannya adalah apakah generasi muda yaitu kaum milenial dan Gen z telah memahami tentang moderasi beragama?. Pertanyaan inilah yang akan menyadarkan para kaum milenial dan juga Gen z tentang pentingnya moderasi beragama di Indonesia. Sebagai penerus bangsa kita seharusnya dapat memandang, melihat dan memahami bahwa kedamaian, saling menghormati, saling menghargai pada setiap perbedaan adalah hal yang indah dan menyejukkan. Karena, sebenarnya setiap keyakinan dan agama itu mengajari untuk saling berbuat baik satu sama lainnya, sehingga jika kita sebagai generasi muda memahami akan hal tersebut maka tidak akan ada lagi perpecahan antara agama di Indonesia.

Kaum milenial ataupun Gen Z keduanya adalah generasi penerus bangsa. Generasi milenial adalah mereka yang lahir pada sekitar tahun 1980- 1995 dan tumbuh pada awal penggunaan teknologi komunikasi. Sedangkan generasi Z ini memang jarang terdengar pada telinga anak muda saat ini, karena yang lebih popular dikalangan pemuda adalah sebutan anak milenial. Namun sebenarnya Gen Z ini berbeda dengan generasi milenial, mereka adalah anak yang lahir pada sekitar tahun 1995- 2010. Mengapa disebut dengan Gen Z? sebab, mereka adalah generasi multitasking yakni yang dapat melakukan beberapa pekerjaan di satu waktu, hal ini dikarenakan mereka memiliki teknis dan pengetahuan teknologi serta internet sejak mereka kecil. Meskipun terdapat beberapa perbedaan antara kedua generasi ini, namun pada dasarnya mereka adalah generasi muda calon pemimpin bangsa. Maka dari itu penting bagi mereka untuk memahami tentang moderasi beragama.

Secara etimologi menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), istilah moderasi ini berasal dari kata "moderat" yang artinya adalah selalu menghindarkan perilaku atau pengungkapan yang ekstrem, selain itu moderasi juga bermakna ke arah dimensi atau jalan tengah. Menurut Quraisy Shihab, istilah moderasi beragama dalam konteks Islam sulit untuk didefinisikan, sebab istilah ini baru muncul setelah maraknya sikap radikalisme dan ekstrimisme di Indonesia. Jadi makna moderasi yang paling mendekati dengan istilah Al- Qur'an adalah wasathiyah, yang artinya adalah pertengahan dari segala sesuatu. Adapun sumber dari Al- Qur'an yang dijadikan sebagai pondasi dasar sikap moderasi beragama yaitu terdapat dalam surat Al- Baqarah ayat 143.

Menurut Azyumardi Azra (Guru besar sejarah islam), moderasi beragama di Indonesia yang sangat terlihat adalah umat Islam. Pengertian moderasi beragama dalam konteks umat Islam kemudian disebut Islam Wasathiyah. Kemudian menurut Lukman Hakim Saifuddin (Menteri Agama 2014-2019), istilah moderasi beragama harus dipahami bahwa yang dimoderasi bukan agamanya, melainkan cara kita beragama. Tetapi ketika agama itu melebar luas, maka akan menjadi sesuatu yang dipahami oleh manusia yang terbatas dan relatif. Hal inilah yang kemudian banyak melahirkan penafsiran yang berbeda- beda. Oleh karena itu, adanya moderasi beragama adalah suatu keniscayaan agar terhindar dari penafsiran yang berlebihan dan juga sikap ekstremisme dan intoleran dalam beragama.

Sebagai generasi milenial dan Gen Z, kita tentu tidak ingin sahabat dan saudara kita terjerumus menjadi generasi ekstremisme, radikalisme, intoleran dan saling mengujar kebencian karena perbedaan keyakinan. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk sadar akan pentingnya menanamkan moderasi beragama, agar tidak akan ada lagi generasi yang tubuh menjadi orang yang tidak dapat menghargai sebuah perbedaan. Kemudian bagaimana caranya menanamkan moderasi beragama pada mereka?.

Jawabnnya adalah ada tiga hal yang harus dilakukan oleh generasi milenial dan Gen Z untuk dapat menanamkan moderasi beragama yakni; Pertama, untuk menyebarkan edukasi tentang moderasi beragama maupun islam moderat ini dapat dilakukan melalui media sosial, sehingga akan lebih banyak teman- teman kita yang akan mengetahuinya. Kedua, membuat diri lebih produktif dengan melakukan aktifitas yang positif dalam masyarakat. Ketiga, untuk meningkatkan pemahaman mengenai moderasi beragam maka perlu adanya dialog antara generasi milenial dan Gen Z di lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat. Dengan ditanamkannya hal- hal tersebut diharapkan genrasi milenial dan Gen Z dapat menumbuhkan sikap yang lebih positif.

Berdasarkan uraian yang telah dituliskan di atas dapat disimpulkan bahwa, Indonesia, dengan kekayaan budaya dan nilai-nilai luhur, kini menghadapi tantangan modernisasi yang mengikis nilai-nilai tersebut, terutama melalui ekstremisme, radikalisme, fanatisme, ujaran kebencian, dan intoleransi yang merusak harmoni antarumat beragama. Moderasi beragama, yang menghindari sikap ekstrem dan memilih jalan tengah, dianggap sebagai solusi terbaik untuk mengatasi perpecahan ini dan perlu dipahami serta diterapkan oleh generasi muda, yaitu milenial dan Gen Z. Generasi ini, yang lahir di era teknologi, diharapkan menyebarkan edukasi tentang moderasi melalui media sosial, berpartisipasi dalam kegiatan positif, dan mengadakan dialog tentang moderasi di lingkungan mereka. Dengan langkah-langkah ini, generasi muda Indonesia diharapkan dapat tumbuh dengan sikap yang lebih positif dan harmonis, menjaga kedamaian dan saling menghargai di tengah perbedaan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun