Mohon tunggu...
Rida Purwanti
Rida Purwanti Mohon Tunggu... Wiraswasta - Fabiayyi aalaairobbikumaa tukadzdzibaan

Fabiayyi aalaairobbikumaa tukadzdzibaan

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Pengalaman BO dan IUFD #part4

1 Juni 2020   19:13 Diperbarui: 12 Juni 2020   11:29 2286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Halo Mums....

Kita lanjutkan lagi sharing nya ya...

Di tulisan sebelumnya, dokter juga sudah menyatakan bahwa saya mengalami IUFD. Nah apa sih IUFD itu????

Intrauterine fetal death (IUFD) adalah kondisi kematian janin sebelum dilahirkan atau kematian janin saat proses persalinan. IUFD merupakan istilah yang umumnya digunakan untuk menggambarkan kematian janin dalam rahim setelah usia kehamilan 20 minggu atau lebih. Secara medis, IUFD kadang disebut juga dengan istilah stillbirth. Jadi memang saat itu usia kehamilan saya 25 minggu, tetapi kata dokter janin saya sebenarnya sudah tidak ada beberapa hari sebelumnya. Oleh karena itu dinamakan IUFD. 

Kemudian tindakan medis apa yang dilakukan? Yang harus dilakukan adalah segera mengeluarkan janinnya. Nah, pertama yang dilakukan adalah membuat terjadinya pembukaan. Kalau hamil normal tentu pembukaan dilakukan secara alami, kalau saya harus dibuat agar terjadi pembukaan. Hari pertama saya diberikan obat agar terjadi kontraksi, dengan harapan janin bisa segera keluar. Namun, 2x obat diberikan belum terjadi pembukaan sama sekali. Hari kedua masih berlanjut pemberian obatnya, memang mules rasanya perut ini. Akan tetapi, lagi-lagi belum terjadi pembukaan. Jadi pemberian obatnya pada saat itu sudah 6x. Padahal kata dokter, untuk ibu yang lewat hpl biasanya hanya diberikan seperdelapan dari obat itu sudah langsung kontraksi. Tapi saya diberikan sampai 6x ternyata baru pembukaan satu. 

Hari ketiga ganti metode, sudah tidak dengan pemberian obat. Sekarang akan dipasang alat di jalan lahir. Kebayang gak Mums seperti apa? Jalan lahir kita mau dimasukkan alat, dan alat itu akan terpasang selama 8 jam kata suster. Alat tersebut berupa kayu kecil Mums dan selama terpasang alatnya kita harus bedrest, tidak boleh bangun.  Berikut sedikit penjelasan tentang laminaria yang saya kutip dari klikdokter.com.

Melebarkan mulut rahim dengan laminaria, disertai pemberian obat yang mengandung prostaglandin ke dalam vagina. Serupa dengan induksi, pemasangan laminaria dan pemberian prostaglandin juga bertujuan untuk membuka mulut rahim dan merangsang rahim berkontraksi. Nah, jadi memang ini digunakan agar terjadi kontraksi yang memicu pembukaan. Dan benar saja setelah sehari semalam terpasang, paginya di cek sudah pembukaan 3... Alhamdulillah... sambil ngelus perut dan bilang ke adik bayi biar cepet keluar dan bunda ikhlas kalau adik mau ke surga lagi.

Hari keempat setelah dicek sudah pembukaan 3, akhirnya alat itu dilepas. Setelah itu dipasanglah infus. Dan karena saya takut akhirnya 3x suntik pasang infus baru bisa. Belum lagi ditambah satu suntikan untuk ambil darah. Sudah pasrah saya mau disuntik berkali-kali. Setelah terpasang infus, suster memberikan obat untuk induksi. Pada saat itu pemberian obatnya jam 8 pagi. Rasanya gimana Mums? ya sama seperti seperti lahiran normal, mules dan seperti ingin buang air besar. Akhirnya jam 9 itu puncak kontraksi dan benar saja, janinku keluar Mums. Kata suster masih terbungkus, dan jenis kelaminnya perempuan. Ya bayi perempuan yang cantik sudah kembali lagi ke surga. Setelah proses lahiran selesai, bayi saya langsung dikafani dan jam 11 boleh dibawa pulang untuk segera disemayamkan. Saya belum melihat wajahnya Mums, tapi saya percaya ia pasti kelak mengenali orang tuanya di surga...aamiin

Oke lanjut lagi, setelah proses kelahiran ini apakah sudah selesai? Belum Mums, masih ada proses yang harus saya lalui. Apa itu? Kuretase, ya proses kuret harus dilakukan karena masih ada jaringan yang belum keluar dan tentunya agar rahim bersih juga. Jadi disini saya sudah mengalami 2x kuretase. Yang pertama dulu saya dibius total, dan sekarang hanya dibius lokal. Bayangan saya aduh pasti rasanya sakit, pasti gak nyaman masih merasakan alat kuret masuk ke rahim kita. Tapi sebaiknya jangan membayangkan sakitnya saja, pikirkan bahwa hal ini baik untuk jangka panjang, baik untuk program hamil selanjutnya dan tentu baik untuk saya. Proses kuret ini dilakukan sore harinya Mums, karena menunggu dokter yang menangani saya.

Sore hari jam 16.00 dokter datang dan menyiapkan untuk proses kuret. Dokter mengatakan untuk tidak perlu takut, rasanya hanya mules dan tidak se mules sebelumnya. Dan benar saja, saat alat yang mungkin seperti sendok itu mengeruk dinding-dinding rahim rasanya mules. Memang tidak se mules seperti sebelumnya. Kuretase ini mungkin berjalan selama kurang lebih 20 menit Mums, selama itu dokter dan suster mengajak saya ngobrol mungkin agar saya rileks dan tidak terlalu merasakan sakit. Setelah selesai dokter membolehkan saya untuk pulang jika sudah bisa buang air kecil. Maghrib saya sudah bisa baung air kecil dan menunggu suami yang sedang buka puasa, kemudian suami pun mengurus administrasi kepulangan saya. Jadi saya dan suami saat itu tidak bisa ikut menguburkan bayi saya, sedih tapi mau bagaimana lagi, saya masih harus di rumah sakit dan suami juga masih menjaga saya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun