Mohon tunggu...
Ridanurmasita
Ridanurmasita Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

"Semakin aku banyak membaca, semakin aku banyak berpikir; semakin aku banyak belajar, semakin aku sadar bahwa aku tak mengetahui apa pun"_Voltaire

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

"Lady Of Heaven Fatimah-Azzahra"

29 November 2024   16:46 Diperbarui: 29 November 2024   17:56 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://pin.it/4F2Tip68P

In memoriam ini kupersembahkan untukmu, duhai Perempuan yang digelari "Mardhiyyah" oleh Ilahi. Ini adalah salah satu bentuk kecintaanku kepadamu, dan belasungkawa atas kepergianmu. Rasanya, engkau terlalu sempurna untuk kuikuti, tetapi aku akan terus mencoba berdiri dan berjalan di antara barisan-barisanmu, meski tubuhku tertatih-tatih.

Sebagai sesama perempuan, aku tahu bagaimana rasanya berperang dengan diri sendiri melawan perasaan, pikiran, bahkan ketidakadilan. Namun, kau berhasil melewati semua itu tanpa cela. Kau membawa peran perempuan dengan begitu sempurna, tanpa cacat sama sekali. Sebagaimana yang dikatan penyair bernama zebun bin mestan " Dapat menulis tentang sosok Sayyidatina Fatimah adalah anugerah paling besar bagi setiap penyair", begitupun denganku.

Sebagian orang berkata bahwa rasa sakit kehilangan orang tercinta akan sembuh seiring berjalannya waktu. Namun, menurutku kesembuhan itu tidak akan pernah benar-benar ada. Rasa sakit tersebut akan terus tinggal menggerogoti hati, seperti halnya kepergian Bunda Fatimah Azzahrah, yang memiliki nama panggilan Asrafun-Nisa, yaitu "Perempuan Paling Terhormat."

Kepergiannya adalah duka terhebat. Mungkin inilah cinta yang sesungguhnya tanpa adanya pertemuan dan tatapan langsung. Hanya dengan mendengar namanya, hati ini berdebar tak karuan. Tak jarang air mata mengalir deras, mengingat betapa banyak kesedihan yang ia tanggung sendiri dan betapa zalimnya orang-orang terhadap keluarganya.

Generasi penerusnya dibantai habis-habisan tanpa rasa ampun oleh orang-orang yang mengklaim diri mereka sebagai umat Rasulullah. Padahal, kenyataannya mereka adalah musuh paling mematikan. Bahkan ketika ia telah beristirahat dengan tenang, dukanya untuk keluarganya tetap ia bawah.

Bagaimana mungkin ada rasa cinta setulus ini kepada seseorang yang belum pernah kita jumpai secara langsung? Hanya bisa membayangkan betapa cantik wajahnya, mulia akhlaknya, dan tabah hatinya.

Fatimah Az-Zahra adalah buah hati tercinta Nabi Muhammad SAW dan Khadijah binti Khuwailid. Beliau wafat pada tanggal 3 Jumadil Ula atau 13 Jumadil Tsani tahun 11 Hijriah, pada usia 18 tahun dan 75 hari. Kepergiannya menjadi duka yang teramat mendalam bagi para pencintanya.

Bagaimana tidak? Beliau adalah Ummu Abiha (ibu bagi ayahnya), seorang manusia pilihan Allah yang diberi banyak mukjizat dan menjadi penjaga pedoman hidup, yaitu Al-Qur'an. Setelah ibunya berpulang ke pangkuan Ilahi, Rasulullah SAW mencurahkan seluruh kasih sayang kepada Fatimah Az-Zahra.

Beliau juga dikenal sebagai Ummu Aimmah "ibu para imam", Ummu Al-Hasan, Ummu Al-Husein, dan Ummu Muhsin, serta memiliki gelar Az-Zahra, yang berarti "bunga." Selain itu, beliau digelari Ash-Shiddiqah "yang benar" dan Al-Muhadditsah "penerima ilham". Fatimah Az-Zahra juga memiliki nama panggilan Thahirah, yang diwariskan dari ibunya dan berarti "suci" atau "bersih," serta Haura "bidadari". Beliau adalah Sayyidah Nisa' Al-Alamin, penghulu para wanita di seluruh alam.

Orang-orang di sekitarnya sering memanggil beliau dengan sebutan Betul, yang bermakna lembah yang jauh dari nafsu insani dan godaan setan.

Tidak ada yang tahu pasti penyebab wafatnya Fatimah Az-Zahra. Dalam pandangan yang masyhur di kalangan Sunni, beliau meninggal dunia karena kesedihan yang berlarut-larut akibat kehilangan ayahnya, Rasulullah SAW. Hal ini mengingat betapa erat hubungan keduanya. Ketika Rasulullah SAW dalam keadaan lemah menjelang wafat, Fatimah menangis tersedu-sedu, tidak sanggup menghadapi kenyataan akan ditinggalkan oleh ayahnya.

Sementara itu, pendapat lain menyatakan bahwa wafatnya Fatimah disebabkan oleh cedera akibat penyerangan di kediamannya. Penyerangan tersebut bertujuan untuk menangkap suaminya, Ali bin Abi Thalib, agar berbaiat kepada Abu Bakar. Pada saat itu, Fatimah yang sedang mengandung mencoba melawan, sehingga menyebabkan dirinya mengalami cedera serius dan keguguran. Pasca kejadian tersebut, kesehatan Fatimah terus menurun hingga akhirnya beliau wafat. Peristiwa penyerangan itu terjadi tidak lama setelah enam bulan kepergian Rasulullah SAW, tepatnya pada tahun 11 Hijriah (632 M). Penyerangan ini disebut-sebut dilakukan atas perintah Abu Bakar, yang dipimpin oleh Umar bin Khattab.

Di saat-saat terakhir hidupnya, ada riwayat yang menyebutkan bahwa Abu Bakar dan Umar datang menemui Fatimah untuk meminta maaf dan mengakui kesalahan mereka atas penyerangan di kediamannya. Mereka dikatakan teringat pesan Rasulullah SAW tentang Fatimah:

"Fatimah adalah bagian dariku. Siapa saja yang membangkitkan amarahnya, maka sama saja telah membangkitkan amarahku."

Kejadian tersebut membangkitkan amarah Fatimah. Saking kecewanya, beliau berpesan kepada suaminya, Ali bin Abi Thalib, agar tidak seorang pun mengetahui lokasi jasadnya kelak, termasuk Abu Bakar maupun Umar. Pemakamannya dilakukan secara rahasia, dan hingga kini tidak ada yang mengetahui secara pasti di mana makamnya.

Kepergian Fatimah Az-Zahra menjadi guncangan terhebat bagi Sayidina Ali, pria yang dikenal akan kegagahan dan keberaniannya. Bahkan, ia pernah mengangkat gerbang Khaibar yang beratnya mencapai 900 kg seorang diri. Namun, di hadapan istrinya yang telah terbujur kaku, Ali hanya mampu tertunduk lemah. Saking lemahnya, ia bahkan meminta bantuan untuk mengangkat jenazah istrinya.

Ketika Sayidina Ali menyiapkan pemakaman untuk Fatimah, ia baru menyadari bahwa tulang rusuk istrinya patah akibat kekerasan yang dialaminya. Selama ini, Fatimah menyembunyikan penderitaannya agar Ali tidak mengetahuinya. Ia menjalani semuanya dengan penuh kesabaran.

" Sekuntum Bungan turun dari surga Kembali kesurga dan meninggalkan wanginya dalam pikiran ku"

-Ali bin Abi Thalib

Fatimah Az-Zahra adalah mutiara di lautan keberkahan, lahir dari rahim seorang perempuan mulia yang tidak ada seorang pun mampu menandingi kemuliaan dan kedermawanannya. Jika harus ada hari untuk para wanita, maka tiada hari yang lebih indah daripada hari lahirnya Sayidah Fatimah. Beliau adalah teladan bagi seluruh manusia, yang menjelma segenap esensi insani.

Dalam sebuah riwayat, Rasulullah SAW bersabda, "Fatimah adalah bidadari dalam bentuk manusia. Setiap kali saya merindukan surga, saya mencium anakku Fatimah." Beliau juga mendapatkan julukan dari ibunya, yaitu Al-Kubra.

Hasan Bashri, seorang tokoh sufi, pernah berkata, "Tidak aku temukan di dunia ini seseorang yang lebih rajin beribadah daripada Fatimah Az-Zahra. Beliau beribadah hingga kakinya membengkak." Salah satu aspek kehidupan Fatimah Az-Zahra yang menjadikan beliau memiliki maqam yang tinggi adalah kecintaannya pada ibadah.

Beliau mengajarkan kepada kita untuk senantiasa menjalin hubungan dengan Allah SWT di segala kondisi, terutama di era modernisasi seperti sekarang ini, yang tengah mengalami krisis spiritualitas. Ketenangan dan kebahagiaan sejati hanya dapat diraih melalui hubungan dengan sumber ketenangan, yaitu Allah SWT. Sebagaimana firman Allah dalam Surah Thaha [14]:

"Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku. Maka sembahlah Aku dan dirikanlah salat untuk mengingat Aku."

Sepanjang fakta sejarah diceritakan bahwa Fatimah memiliki wajah yang cantik dan bercahaya, serta memiliki otoritas mirip dengan ayahnya tercinta yang memiliki tingkat spiritual tertinggi. Sebagaimana disebutkan dalam hadis-hadis sahih, wanita suci ini adalah "Belahan Jiwa Rasulullah." Karena itu, beliau dinyatakan sebagai "Sayidatul Nisail Alamin", penghulu seluruh wanita sejagat.

Perempuan dengan gelar Az-Zahra ini ibarat cermin yang menjadi teladan bagi setiap umat, khususnya kaum perempuan. Beliau adalah kiblat kebaikan yang patut dicontoh. Sebagai seorang istri, Fatimah memberikan contoh bagaimana menjadi partner terbaik. Sebagaimana yang dikatakan oleh suaminya, Imam Ali...

"Dia adalah sebaik-baik penolong dalam ketaatan kepada Allah SWT." Beliau juga berkata, "Tiap kali aku memandang wajahnya, hilanglah semua kegundahan dan kesedihanku. Sumpah demi Allah, aku tidak pernah membuat Fatimah marah dan sedih, dan Fatimah pun demikian."

Fatimah juga merupakan manifestasi ibu yang berhati lembut dan penuh kasih sayang kepada putra-putrinya, sehingga beliau digelari Al-Haniyah (yang penuh kasih). Banyak riwayat yang menyebutkan bahwa saking besar hati dan cinta kasihnya kepada keluarga, Fatimah bahkan mewasiatkan kepada Sayidina Ali untuk menikahi Ummul Bani setelah kepergiannya, karena perempuan tersebut sangat dekat dengan putra-putrinya.

Fatimah menjalani hidup dengan sederhana dan bersahaja. Kesederhanaannya bukan karena kemiskinan jika mau, beliau bisa hidup bergelimang harta. Fatimah memiliki tanah Fadak yang subur, dengan hasil tahunan mencapai antara 70.000 hingga 120.000 mata uang dan emas. Namun, beliau memilih hidup sederhana untuk memberikan teladan mengenai kehidupan yang zuhud.

Zuhud bukan berarti meninggalkan dunia sepenuhnya untuk mengejar akhirat, tetapi hidup bebas tanpa keterikatan dengan dunia. Di zaman yang serba cepat dan instan ini, sulit rasanya untuk tidak terbawa arus pada hal-hal yang sering kali membawa kerugian. kaum mudah maupun tua rasanya sama saja, banyak yang tergiur dengan urusan dunia, menghalalkan segalah cara untuk mencapai keinginan personal yang didominasi dengan hawanafsu yang kebahagiannya bersifat sementara. Rasanya pandangan dunia sekarang hanya berpatokan pada aspek materialistis saja, yang mana kesepurnaan seseorang hanya di ukur pada kesempurnaan lahiriyanya saja.

Hal ini tentu sangat bertolak belakang dengan ajaran Rasulullah SAW dan putrinya. Bukankah kehidupan mereka adalah cerminan sejati bagi umat manusia?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun