Cuaca yang sangat cerah di pagi hari minggu ini. Dengan suara burung-burung berkicauan menambah semangatku untuk memandu rombongan yang akan hiking ke hutan konservasi yaitu Hutan Hujan Tropis yang baru-baru ini di buka di wilayah Timur Indonesia. Kita berkumpul di depan penginapan. Jarak antara penginapan dan hutan konservasi sekitar 35km memakai minibus. Kitapun langsung menaiki minibus sambil diiringi lagu dangdut agar menambah semangat.
Fred seorang turis mancanegara yang ada di minibus juga mengerti lagu tersebut, ternyata Fred sudah sering berkunjung ke Indonesia hanya untuk menapaki jejak Alfred Russel Wallace. Alfred Russel Wallace yang membagi 2 wilayah Indonesia berdasarkan flora dan fauna yaitu tipe Asiatis dan tipe Australis.
Sebagai pemandu wisata aku memberi penjelasan setiap flora dan fauna yang terlihat di perjalanan. Disepanjang perjalanan terlihat kanan dan kiri banyak primata yang bergelantungan di pohon-pohon besar.
Anggi dan Kanaya, dua mahasiswa kekinian itupun mulai berfoto-foto selfie dan memotret setiap flora dan fauna yang mereka lihat. Fred seorang turis mancanegara yang sudah berpengalaman di hutan itu membantuku menjelaskan beberapa flora dan fauna yang terlihat.
Lukman dan Prita, kedua pasangan suami istri itu fokus mendengarkan penjelasan sambil melihat keindahan pemandangan kanan dan kiri. Kevin, anak Lukman dan Prita ia duduk diantara kedua orangtuanya sambil memakan snack dan tertawa melihat beberapa fauna yang ada.
Minibus melaju ketempat hiking yang kita inginkan. Akhirnya kita sampai dan turun satu persatu. Suasana alam yang begitu indah. Membuat hatiku merasa begitu tenang. Kita seperti hidup di alam bebas. Kita sangat menikmati hiking di tempat yang berbeda dari biasanya.
Tak terasa alarm jam tanganku bergetar waktu menunjukan pukul 17.00, itu artinya aku harus membawa rombongan pulang ke penginapan. Aku menepukkan tangan pertanda semua rombongan harus segera berkumpul.
Kita menaiki minibus dan akan beranjak kembali ke penginapan. Mereka terlihat sangat lelah dan terlelap dibuai ayunan mobil di jalanan yang tak rata. Akan tetapi aku dan Her sopir minibus masih sangat bersemangat. Aku sangat menikmati suasana senja sore di hutan ini. Ya, aku sangat menyukai senja karena menurutku senja itu indah, ia menenangkan jiwaku dan akan terkenang meskipun senja telah pergi dan diganti dengan gelapnya malam.
Tiba-tiba lamunanku terhenti dan aku terkejut ketika minibus tiba-tiba terhenti. Aku terkejut karena ku kira sudah sampai dengan cepatnya. Rombongan juga ikut terbangun karena mereka berfikir sudah sampai.
“Rida, minibus tiba-tiba mogok” kata Her sambil berbisik di telingaku.
Seketika aku kaget. Aku tak mau rombongan ikut cemas karena ini tanggung jawabku sebagai pemandu wisata. Aku turun dari minibus kemudian memanggil Her, Fred, dan Lukman. Aku meminta bantuan mereka untuk mengecek minibus. Ternyata terjadi gangguan mesin yang disinyalir disebabkan oleh bocornya air radiator sehingga mobil menjadi overheat.
“Wah.. bagaimana ini kita tidak membawa peralatan apapun di bagasi mobil” ucap Her.
“Perjalanan masih jauhkan?” tanya Lukman.
“Iya masih 31km lagi untuk sampai di penginapan” ucapku sambil melihat papan km di depan sana.
“Ada apa ini?” tanya Prita dibalik jendela mobil.
“Air radiator minibus ini bocor, jadi minibus ini tidak bisa dipakai lagi” jawab Lukman.
“Hah? Apa?” tanya Anggi dan Prita dengan kagetnya.
“Jadi bagaimana ini besok pagi aku, Kevin dan Lukman berencana untuk datang ke Kompasianival 2018 Rida?” tanya Prita.
“Aku tidak bisa membatalkan begitu saja itu acara yang sangat bagus” sambung Prita.
“Tenang saja, aku akan berusaha agar malam ini kita sampai di penginapan” jawabku.
“Waktu akan terus beranjak gelap kita harus cepat mencari pertolongan” ucap Fred.
“Di depan sana ada pemukiman berjarak 6km tapi memiliki medan tempuh berbahaya karena ada beberapa lokasi yang bersinggungan dengan jurang” ucapku.