Mohon tunggu...
Rida Zuroidatul K
Rida Zuroidatul K Mohon Tunggu... -

Writing, Running, and Dancing

Selanjutnya

Tutup

Catatan

"Soalnya ya, Orang Pesimis Itu Ngeselin"

12 Juli 2013   21:23 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:38 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa tahun terakhir ini saya berhadapan dengan orang-orang yang pesimis. Dan tentu saja, saya bukan termasuk orang yang bisa sangat sabar dan bukan termasuk orang yang dengan mudah begitu saja merasa pesimis. Meskipun saya seorang penganut yang menjunjung tinggi tentang penghargaan terhadap perbedaan, saya tetap saja memiliki sebuah titik jenuh dalam menghadai orang-orang pesimis.

Bagi saya, merasa pesimis yang berlebihan itu membosankan, melelahkan, menyakitkan, dan tentu saja sangat menyebalkan. Bahkan pernah sekali waktu, saya menuliskan sebuah keluhan di salah satu akun jejaring sosial saya ketika saya merasa benar-benar jenuh hingga muak menghadapi orang pesimis yang sudah berlebihan. Saat itu saya sempat menulis lebih untuk diri saya sendiri seperti ini, “soalnya ya, orang pesimis itu ngeselin. Serius deh.”

Kicauan seperti itu saya tuliskan ketika saya merasa benar-benar muak dan sudah tidak tahu lagi harus bersikap seperti apa. Sebab, pada saat itu oknum yang sedang saya hadapi bukan lagi pertama atau kedua kalinya merasa begitu pesimis. Bahkan, bisa dikatakan bahwa itu sudah kesekian juta kali oknum tersebut bersikap seperti itu. Mengapa saya katakan seperti itu? Karena menurut saya hal tersebut sudah selalu terjadi hampir setiap saat. Sebenarnya, apabila saya menghadapi oknum yang hanya merasa pesimis dengan wajar saya masih bisa tahan. Namun, masalahnya adalah sikap pesimis tersebut sudah sangat berlebihan (sekali lagi ini menurut saya).

Sikap pesimis yang ditunjukkan oknum tersebut sudah membawanya kepada pikiran dan sikap-sikap yang menurut saya negatif. Oknum tersebut menjadi selalu berpikiran yang negatif atau berburuk sangka mengenai apa yang akan terjadi atau apa yang akan oknum tersebut terima. Sebenarnya, kalau menurut saya, memperkirakan hal yang terburuk yang akan terjadi itu baik. Namun, hal tersebut seharusnya malah menjadi pemicu kita untuk melakukan yang terbaik dari kita agar hal buruk tersebut tak terjadi atau minimal mengurangi probabilitas hal tersebut terjadi. Atau mungkin, seharusnya kita bisa memikirkan apa yang seharusnya kita lakukan apabila hal tersebut terjadi agar tidak menjatuhkan kita begitu saja (agar kita bisa kembali bangkit dari hal buruk tersebut).

Namun, kasusnya adalah oknum tersebut malah terus mengeluh dan tak mau mencoba untuk berusaha. Padahal kalau menurut saya ketika kita sudah tahu ada hal buruk atau resiko yang mungkin akan terjadi atas apa yang akan kita lakukan seharusnya kita bisa mengatasinya. Bukannya hanya mengeluh kesana-kemari dan malah tidak melakukan apapun. Jika begitu, maka yaudah kita ngga akan berkembang.

Selain itu, masalah selanjutnya adalah oknum tersebut dengan kepesimisan yang berlebihan miliknya tersebut bukan hanya membuatnya menjadi selalu pasrah namun menyerah. Iya, kalau menurut saya sih itu namanya menyerah. Apa lagi kalau bukan menyerah? Ketika oknum tersebut sudah tahu kelemahannya. Sudah tahu apa kekurangannya. Sudah tahu kalau orang lain saja bisa. Namun, dia bukannya memperbaiki diri atau minimal berusaha menghilangkan, mengurangi kekurangan atau kelemahan tersebut tapi malah menyerah saja dengan hal tersebut. Menerima kalau memang tidak bisa menjadi baik. Seenggaknya ya, namanya manusia pasti punya kelebihan dan kekurangan. Kalau memang kekurangannya masih sulit sekali diatasi, kan masih punya kelebihan yang bisa membantu hidupnya.

Ya intinya ya, pesimis yang berlebihan seperti itu menyebalkan. Selain memperburuk diri sendiri juga bisa membuat orang lain sebel, membuat orang lain muak, membuat orang lain yang mudah terpengaruh menjadi pesimis juga. Jadi, buat apa sih merasa pesimis yang berlebihan. Toh selain merugikan diri sendiri juga merugikan orang lain. Nggak ada untungnya (kalau menurutku).

Di sini saya menulis ini jadi terlohat sedang mengeluh. Tapi tidak mengapa, sebab tadinya saya berniat menulis ini dan kicauan yang saya lontarkan di salah satu akun jejaring sosial saya tersbut itu untuk mengingatkan diri saya sendiri. Agar saya tidak bersikap seperti itu sebab sikap seperti itu hanya akan menyakiti diri sendiri dan membuat orang lain muak. Namun, selain itu saya juga berharap semoga dari tulisan ini bisa membuat kita semua jadi mengoreksi diri sendiri. Agar kita bisa menjadi lebih baik. Terimakasih

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun