Mohon tunggu...
Rida Fitria
Rida Fitria Mohon Tunggu... Freelancer - An author of several books; Sebongkah Tanah Retak, Bunga dan Duri, Paradesha, Jharan Kencak, dll.

Ketika kita berkata, "Selamatkan bumi!" Sejatinya kita sedang menyelamatkan diri sendiri dan anak cucu dari bencana dan kepunahan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pesona Maulid Nabi 'Beraroma' Bambu di Pendopo Lumajang

22 Januari 2015   18:25 Diperbarui: 27 Juni 2015   19:59 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Maulid Nabi Di Pendopo Lumajang semalam sungguh meriah, jamaahnya ribuan dari berbagai kalangan dan profesi. Utamanya orang kebanyakan, yaitu warga Lumajang. Sehingga terkesan teduh dan membumi. Yang mendekatkan Ulama dan Umara’, dengan Rakyatnya.

“Karena tidak pernah membludak seperti ini,” kata seseorang.  “Pernah sih ramai juga di masa Bupati sebelumnya, meski tak menyamai kali ini.” Sahut lawan bicaranya.

Iya, itulah yang tampak di malam peringatan kelahiran Nabi Saw di pendopo tadi malam. Bukan hanya dari kalangan birokrasi yang hadir, atau ulama dan kalangan yang diundang saja yang tampak memenuhi area pendopo, namun masyarakat umum juga memadati hingga ke ruas jalan di depan pendopo hingga ke boulevard-boulevardnya.

Pertanyaannya, kenapa warga Lumajang  - bukan hanya warga kota tapi juga datang dari pelosok desa-desa – tertarik hadir kali ini ke pendopo?

Tentunya, peringatan maulid Nabi Saw sudah jamak dilakukan oleh masyarakat muslim setiap kali bulan Maulid tiba. Bukan hanya di masjid, atau langgar-langgar, atau instansi-instansi, bahkan rumah-rumah pribadi juga merayakannya secara meriah dengan mengundang tetangga dekat mereka.

Jadi, apanya ya yang berbeda di pendopo sehingga mengundang animo masyarakat yang sedemikian besarnya? Sampai-sampai mau masuk ke sekitaran area saja jadi sulit, saking penuh sesaknya orang. Bahkan ada grup ibu-ibu muslimah, yang sepertinya akrab dengan lokasi pendopo bertanya pada seseorang yang lewat di hadapannya, “Maaf, apa jalan ke arah kamar kecil bisa dilewati? Kami mau ke sana, tapi takutnya tak bisa lewat?” (Bayangkan, bahkan jalan kecil menuju toilet sekarang beralih fungsi, penuh kursi-kursi lipat dan orang-orang yang mendudukinya).

Sawang sinawang, setelah mengamati sekeliling dan mendengarkan pembicaraan orang-orang, juga tingkah polah mereka yang bikin macet jalan sejak sesorean karena pada berselfie ria.....ternyata oh ternyata, pendopo yang telah disulap sedemikian artistik itulah penyebabnya. Instalasi maha karya mewah dan megah, yang bahannya sudah akrab dengan masyarakat Indonesia, BAMBU!

Bisa dikatakan, mungkin inilah pertama kalinya perayaan Maulid di Indonesia, bahkan dunia, dirayakan dengan mengusung  imej ‘suasana bambu’ yang sangat kental. Bagi kalangan pencinta bambu, ini bisa membuat mereka ngiler dan berdecak kagum tiada habis-habisnya.

 

[caption id="attachment_365632" align="alignnone" width="300" caption="Gunungan buah dengan rangka bambu, dan lafadz Muhammad yg disusun dari buah rambutan dok.pribadi"][/caption] [caption id="attachment_365633" align="alignnone" width="300" caption="Gapura bambu, pintu masuk pendopo. dok.pribadi"]

1421900065196169443
1421900065196169443
[/caption] [caption id="attachment_365634" align="alignnone" width="300" caption="sumber:bchree.wordpress.com"]
14219001441117985900
14219001441117985900
[/caption] [caption id="attachment_365636" align="alignnone" width="300" caption="sumber: bchree.wordpress.com"]
14219002201060748618
14219002201060748618
[/caption] [caption id="attachment_365637" align="alignnone" width="300" caption="Jamaah yg tidak kebagian kursi, tersebar di jalan, taman atau boulevard sekitar pendopo. dok.pribadi"]
14219004291216186953
14219004291216186953
[/caption] Diantara keramaian, sejumlah pengunjung yang berdiri berkelompok terdengar berandai-andai, jika saja Pemda memanfaatkan momentum ini untuk kepentingan yang lebih besar lagi, yang mendatangkan manfaat ekonomi bagi rakyat banyak. Misalnya ada Pasar Rakyat  ( didirikan tenda-tenda khusus )di siang hari, pasti akan lebih maksimal. Atau Panggung Rakyat untuk performance art, pastilah akan sangat berguna bagi kemajuan pariwisata Lumajang ke depannya.

Ya, seandainya saja.....meskipun tidak kali ini, barangkali pada even berikutnya. Semoga saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun