Anda yang pernah membaca Alkemis-nya Paulo Colhoe pastilah mengerti apa itu yang disebut Jiwa Buana. Semua perjuangan dalam hidup menjadi penuh arti ketika niat dan laku kerjanya benar, sesuai sunnatullah alias hukum alam. Dalam kehidupan nyata, saya belajar banyak pada lingkungan terdekat yang menjadi bagian dari keseharian. Tuhan telah memberi kita bumi yang indah dan sempurna sebelum kemudian tangan-tangan keji merusaknya. Namun Tuhan juga tidak membiarkan para pengrusak. Seperti contoh yang terjadi di hutan gunung Lemongan, banyak kesaksian telah diungkapkan secara tutur, bahwa mereka yang telah merusak hutan kami pada akhirnya hanya hidup dalam kondisi 'hidup nggak mati pun tak' alias hanya menjadi sampah masyarakat. Belum lagi kesaksian-kesaksian bagaimana para penjarah hutan tiba-tiba mati secara tragis ketika mereka sedang pesta pora menebangi pohon-pohon. Artinya, kita harus berhenti memandang alam hanya sebagai benda mati melainkan sebagai mitra kehidupan. Demikianlah, yang merusak mendapatkan ganjaran buruk. Dan yang peduli dan mencintai alam akan senantiasa memetik buah spiritual yang manis. Banyak hal-hal ajaib terjadi di gunung mengiringi tahun-tahun perjuangan kami, dan kami mulai sedikit memahami bagaimana mereka 'berbicara' untuk menyampaikan pesan-pesan. Namun yang terpenting adalah bagaimana masyarakat pinggir hutan ( para relawan ) kini menjadi lebih berdaya dan bahu-membahu menjaga empat ratus hektar lahan kritis yang telah ditanami ( dari dua ribu hektar lahan kritis ). Fakta bahwa pekerjaan ini membutuhkan energi yang luar biasa besar, mendorong kami senantiasa 'bersuara' kemana saja dan dimana saja. Supaya lebih banyak lagi orang yang peduli dan membantu menanam. [caption id="attachment_164947" align="alignnone" width="300" caption="Salah satu even kami bertajuk Maulid Hijau ( Maulid Nabi dan Penghijauan ), salah satu media sosialisasi dalam upaya-upaya penyadaran lingkungan terhadap masyarakat sekitar."][/caption] [caption id="attachment_164948" align="alignnone" width="300" caption="para siswa dan mahasiswa dari dalam maupun luar kota, cukup sering membantu menanam di gunung Lemongan, terutama pada hari-hari libur sekolah."]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H