SENIN, 19 SEPTEMBER 2016
KEPADA Â Â Â Â Â : PLANET BUMI
DARI Â Â Â Â Â Â Â Â : LIEM, ERICO ARIANTO
Hai bumiku, apa kabar? Kurasa buruk, tapi aku berharap kamu bisa kembali ke kondisimu saat belum banyak terjadi global warming atau pemanasan global. Aku turut bersedih aku yang sudah 16 tahun di dalam dirimu tak bisa berbuat apapun atas apa yang terjadi terhadap kamu bumiku. Bahkan mungkin aku juga salah satu yang menyebabkan kamu menjadi seperti ini.
Sebelumnya di awal surat yang kubuat untuk dirimu ini, aku mengucapkan banyak terima kasih atas banyak sekali sumber kehidupan yang telah engkau berikan kepada manusia terutama aku sendiri selama aku hidup. Engkau selalu memberikan apapun dan tak pernah meminta imbalan dalam bentuk apapun. Tapi sebagai balas budi kami manusia dan aku sendiri, aku selalu berusaha untuk menggunakan apa yang engkau berikan dengan tidak berlebihan agar tetap lestari.
Tapi malah sebaliknya yang terjadi, sebagaian besar manusia malah berlebihan dalam mengambil apa yang kau berikan. Sehingga yang terjadi akibat manusia yang tidak peduli itu adalah dirimu yang menjadi sekarat sekarang ini.
Dulu kamu memiliki banyak air yang jernih, bersih, layak pakai tetapi karena banyaknya polusi air yang misalnya di hasilkan oleh pabrik-pabrik tidak bertanggung jawab yang membuang limbah olahan mereka ke perairan yang kau miliki, air yang kau miliki sekarang menjadi keruh, kotor, beracun sehingga tidak dapat digunakan. Lalu akibat lain yang tibul dari air kotor dan beracun ini adalah banyak ikan peliharaanmu menjadi mati karena keracunan dan sudah tidak memiliki tempat layak untuk hidup. Bicara tentang ikan yag dulu banyak sekali engkau miliki, sekarang ini ikanmu sudah banyak berkurang karena banyak sekali penangkapan ikan yang menggunakan bom maupun menangkap secara berlebihan.
Dulu kamu memiliki udara yang luar biasa bersih dan penuh akan oksigen yang kau berikan secara gratis, mungkin sebentar lagi kami harus membayar untuk oksigen yang kau berikan. Ini bukan salahmu bumi, ini salah kami umat manusia sendiri. Kami manusia terlalu berlebihan dalam membukan lahan dimanapun tanpa memikirkan kondisimu. Dari hari ke hari terus menerus lahan terbuka baru muncul di tubuhmu ini. Manusia terus menebangi pohonmu dan merubahnya menjadi perumahan maupun gedung-gedung tinggi. Memang itu penting untuk kami, karena kami terus bertambah jumlah sehingga butuh ruang baru untuk hidup. Tapi kami tidak seharusnya membuka lahan tanpa memikirkan pasokan pohonmu yang masih tersisa. Yang bisa mengakibatkan minimnya oksigen yang pada akhirnya untuk kami sendiri.
Kami telah mengurangi pohonmu yang berakibat udara menjadi miskin oksigen. Tapi kami tak berhenti sampai disitu. Kami juga menambahkan berbagai macam jenis kotoran di udaramu ini. Sungguh malang nasibmu ini bumi. Dengan asap yang bermunculan dari rokok, kendaraan, pabrik, dan lain-lain, kami menambahkan karbon dioksida, karbon monoksida yang menyebabkan tubuhmu ini semankin rusak dan beracun.
Sekali lagi aku sungguh minta maaf dan juga bersedih atas apa yang terjadi pada dirimu ini. Aku juga tak bisa berbuat apapun, mungkin bisa tapi sangatlah kecil dan itu masih tidak bisa mengalahkan apa yang telah manusia perbuat kepadamu. Sehingga malah dari hari ke hari kamu menjadi lebih buruk. Menurutku, kamu layak marah kepada kami. Dengan memberikan bencana alam yang bisa sangat dahsyat kamu buat. Itu akan memperingatkan kami para manusia agar tidak melupakan kondisimu yang sudah sangat buruk ini. Contohnya banjir bandang akan memperingatkan kami agar tidak membuang sampah sembarangan terutama ke sungai, yang selain bisa mengotori sungai juga menyumbat sungai tersebut dan berakibat banjir.
Seharusnya kami memeliharamu sebagai teman, bukan memanfaatkanmu sebagai sumber daya yang bisa dikeruk selamanya sampai habis. Seharusnya kami takut kepadamu, kami begitu kecil dibanding dirimu yang luar biasa besar dan bisa membuat berbagai macam bencana alam dengan mudah untuk membunuh kami manusia.