Menjadi juara dan mendapatkan hadiah adalah tujuan setiap atlet. Semakin tinggi level turnamen yang dimenangi, akan semakin tinggi pula hadiah yang didapatkan.
Dengan menjuarai sebuah turnamen, seorang atlet bisa mendapatkan jutaan, puluhan juta, ratusan juta dan bahkan miliaran rupiah. Namun, tidak ada yang dapat menjamin uang hadiah tersebut akan bertahan sampai sang atlet pensiun apalagi sampai menginjak masa tua.
Sebelumnya saya pernah menulis artilel di kompasiana yang berjudul “Nasib Atlet Pasca Pekan Olahraga Nasional (PON)”. Disitu saya juga melampirkan cerita tentang para mantan atlet yang hidupnya tak secerah masa jayanya. Ada yang menjadi tukang becak, pengamen, tukang las, buruh cuci, bahkan ada yang sampai gantung diri karena tidak memiliki pekerjaan untuk mendapatkan uang.
Atas dasar itu menurut saya , sangat penting memberikan edukasi-edukasi bagi atlet terutama masalah pengaturan keuangan pribadi. Sehingga para atlet paham cara mengatur keuangannya agar tidak mengalami kesulitan hidup saat menginjak masa pensiun maupun masa tuanya.
Atlet perlu diajari pentingnya menabung, dan juga berinvestasi. Sehingga dengan begitu diharapkan atlet tidak melakukan pemborosan dan justru dapat menginvestasikan uangnya dengan membuat bisnis misalnya. Apabila ia berbisnis dan bisnisnya dapat berjalan dengan baik, justru membawa dampak positif bagi dirinya. Bahkan secara tidak langsung akan menambah lapangan pekerjaan apabila sang atlet mempekerjakan orang lain dalam menjalankankan bisnisnya.
Maka dari itu diharapkan pemerintah melalui Kemenpora, KONI, maupun lewat induk organisasi masing-masing cabang olahraga dapat secara rutin dan merata melakukan edukasi keuangan bagi atlet agar tidak ada lagi atlet yang mengalami kesulitan di masa pensiun maupun masa tuanya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI