Mohon tunggu...
Rico Ricardo Lumban Gaol
Rico Ricardo Lumban Gaol Mohon Tunggu... Penulis - Energi terbarukan bukanlah energi alternatif, melainkan jawaban dari kerisauan kedepannya

SEO Expert bidang Energi Terbarukan 2022 Kegiatan sehari-hariku masuk keluar wilayah 3T mendampingi wilayah-wilayah yang belum tersentuh listrik PLN samasekali. Salam kenal

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Kaesang Ketum PSI, Inilah Maksud Terselubungnya

28 September 2023   23:48 Diperbarui: 28 September 2023   23:52 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah partai politik yang belum besar, Partai Solidaritas Indonesia (PSI), pernah dianggap sebagai pemain kecil dalam dunia politik karena belum berhasil meraih kursi di Parlemen. Meskipun demikian, pada Pemilihan Legislatif (Pileg) tahun 2019, PSI berhasil meraih dukungan sekitar 2,6 juta suara. Untuk partai yang baru berusia satu dekade, ini dapat dianggap sebagai pencapaian yang cukup mengesankan. Namun, tantangan besar menanti mereka dalam Pileg mendatang, yang akan menuntut pertumbuhan yang lebih signifikan. Jadi, apa langkah yang sebaiknya diambil oleh PSI?

Melihat apa yang telah dilakukan oleh PSI menjelang Pemilu 2024, mereka telah berhasil menarik perhatian publik dengan berbagai tindakan yang mencolok. Pertama, mereka mencatat sejarah sebagai partai pertama yang mendukung pencapresan Ganjar Pranowo, jauh sebelum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) melakukan hal serupa.

Namun, langkah ini segera memicu perseteruan dengan PDIP. Pertanyaannya adalah mengapa PDIP merasa tersinggung oleh tindakan PSI ini? Hal ini karena PDIP menganggap Ganjar sebagai salah satu kader mereka, dan karena itu mereka berpendapat bahwa partai lain seharusnya tidak mencapreskannya. Saat itu, PDIP sendiri menghadapi dualisme pilihan antara Ganjar Pranowo dan Puan Maharani. Sikap berani PSI yang mendeklarasikan Ganjar sebagai calon presiden hanya membuat situasi semakin memanas.

Kehadiran PSI menjadi sorotan utama dalam peristiwa ini, dan kemudian mereka kembali menjadi berita utama ketika diisukan bahwa mereka akan berkoalisi dengan Prabowo Subianto. Kedatangan Ketua Umum Partai Gerindra ke kantor PSI diinterpretasikan sebagai tanda bahwa PSI akan merapat ke koalisi Gerindra dan mendukung Prabowo. Hal ini memicu perdebatan dan akhirnya mengakibatkan beberapa tokoh PSI seperti Guntur Romli keluar dari partai karena mereka tetap setia pada Ganjar Pranowo.

Sekarang, kehebohan kembali meletus. Kaesang Pangarep, anak termuda Presiden Jokowi, diangkat menjadi Ketua Umum PSI. Keputusan ini tentu saja mengejutkan karena Kaesang masih terlalu muda untuk memimpin sebuah partai politik. Namun, itulah politik, segala sesuatu dilakukan jika ada celah yang dapat dimanfaatkan. Lalu, celah apa yang menguntungkan PSI dalam hal ini? Jawabannya adalah tingginya tingkat kepercayaan masyarakat pada Presiden Jokowi, yang mencapai angka 80 persen.

Kaesang, sebagai anak presiden, memiliki potensi besar untuk membantu PSI dalam mendapatkan suara dalam pemilihan. Terlebih lagi, Kaesang adalah seorang pemuda, dan ada 46,8 juta pemilih muda yang termasuk dalam Generasi Z yang sangat potensial untuk didekati oleh kepemimpinan muda Kaesang.

Dengan menunjuk Kaesang sebagai Ketua Umum, PSI berharap dapat menggali dukungan yang lebih besar dalam Pileg 2024. Pada Pileg 2019, PSI hanya berhasil meraih 2,6 juta suara dan belum mendapatkan kursi di Parlemen. Langkah ini diharapkan dapat membantu PSI dalam mendapatkan suara tambahan dari Generasi Z.

Dalam konteks politik pragmatis, strategi seperti ini mungkin dilihat sebagai langkah yang sah. Ini juga membuat kita bertanya-tanya kepada siapa PSI akan memberikan dukungannya dalam Pemilihan Presiden nanti. Meskipun Presiden Jokowi telah menyatakan dukungannya untuk Ganjar Pranowo, ada klaim dari kubu Prabowo yang mengatakan sebaliknya. Setidaknya, baliho dengan gambar kedekatan Jokowi dan Prabowo masih terpampang di banyak tempat.

Akankah PSI merapat ke PDIP? Pertanyaan ini tetap sulit dijawab karena ada sejarah ketegangan antara PDIP dan PSI. Meskipun sekarang dipimpin oleh Kaesang, anak Jokowi, kesenjangan ini mungkin tidak akan mudah diatasi.

Meskipun kontroversial, tindakan dan berita mengenai PSI telah meningkatkan popularitas mereka. Mereka tampaknya fokus pada peningkatan suara dalam Pileg mendatang, tidak peduli siapa yang akhirnya terpilih sebagai presiden. Politik kita memang dinamis, dan strategi seperti ini merupakan bagian dari upaya untuk mencapai tujuan politik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun