Kegiatan pemberdayaan masyarakat merupakan pengabdian yang penuh lika-liku terutama di wilayah 3T (terdepan, terluar, dan tertinggal), meski mulia namun kadang dipandang sebelah mata.Â
Seorang pemberdaya harus tahu kondisi sosial masyarakat secara utuh, menggali kebutuhan sekaligus permasalahan yang ada untuk kemudian didampingi dan mencari pemecahan permasalahan yang ada bersama-sama dengan masyarakat.Â
Hal ini sering membuat seorang pendamping kehilangan arah harus berbuat apa di desa dampingannya. Sebab terkadang pendamping tidak tahu bagaimana menemukan kebutuhan dan permasalahan yang terjadi di suatu desa dampingannya.Â
Sehingga sebelum terjun ke desa dampingan, biasanya mereka sudah membawa program yang menurut pemikirannya adalah kebutuhan masyarakat. Dan kegiatan seperti inilah awal dari kegagalan seorang pendamping untuk menarik partisipasi masyarakat dalam setiap kegiatan yang dilakukannya di desa.Â
Pada akhirnya, pendamping harus menyediakan biaya dan dana yang besar yang semestinya tidak perlu keluar jika metoda yang dilakukan benar. Oleh karenanya perlu diketahui metoda apa yang paling sesuai untuk menjadi seorang pendamping atau fasilitator desa.
Live In – Hidup bersama masyarakat
Poin utama yang perlu kita dapatkan dari masyarakat adalah kepercayaan, trust. Kita harus mampu menghapus batas diantara pendamping dan masyarakat desa. Kita harus membangun bonding yang kuat dengan mereka.Â
Tinggal dan hidup bersama masyarakat, Live In, adalah satu-satunya cara untuk mendapatkannya. Kepercayaan masyarakat terhadap kita sebagai pendamping/fasilitator masyarakat akan tumbuh seiring semakin seringnya kita berinteraksi dengan mereka, merasakan apa yang mereka rasakan, mendengarkan apa yang mereka alami selama ini, masuk ke ranah pemikiran mereka.
Apa yang kita lakukan saat Live In? Memakai Sepatu rakyat
Tinggal dengan masyarakat, memberikan sepenuhnya waktu kita, pikiran kita, ke mereka akan secara langsung berpengaruh kepada kedekatan kita sebagai pendamping dengan mereka.Â
Sesederhana mencoba bermain bersama saat ada kegiatan olahraga di desa, ikut gotong royong, ikut berkebun, mengikuti acara-acara adat dan budaya mereka.Â
Bahkan sesederhana singgah di warung, membeli dagangan mereka dan mengobrol dengan bapak-ibu yang ada di warung.Â