Pun aku juga memengaruhi untuk terus berlayar di dunia seperti ini. Aku berusaha meyakinkan dia dengan memberi tahu tujuanku mengikuti pengabdian ini.
“Aku mengikuti pengabdian ini ialah karena itulah tujuanku, menurutku, ada di bumi ini. Seandainya nanti kita setelah program ini tidak ada tindak lanjut dari yang bersangkutan, mari ikut denganku kita bentuk tim dan kita bersama mengarungi dan menggali ilmu sebanyak-banyaknya dari beberapa yang punya keahlian dibidangnya seperti treatmen air bersih.”
“Aku dulu punya niat untuk S2 sebelum mengikuti kegiatan ini. Namun, setelah adanya kegiatan ini, ini menjadi momentum bagiku untuk mencari teman untuk belajar bersama dan lebih dalam di bidang pengembangan suatu wilayah. Kita minta kepada yang bersangkutan untuk menyediakan waktu dan orang-orang pilihan untuk melakukan pelatihan yang dibutuhkan untuk pengembangan desa seperti tadah hujan, filtrasi, pertanian, peternakan, dan bahkan swadaya warga untuk menciptakan ekonomi kerakyatan.”
Bagiku, kalau aku bisa belajar dan terus membaharui potensiku melalui kegiatan pengabdian dan pelatihan-pelatihan dengan metoda belajar sembari melakukan maka niatanku untuk menimba ilmu-setinggi-tingginya melalui sekolah kembali yakni dijenjang yang lebih tinggi dan kemudian pulang ke desaku bisa kujadikan pilihan berikutnya. Pada intinya sama saja, belajar dan kemudian kembali ke tanah disaat kita masih kecil.
Semoga temanku yang bertanya itu membaca tulisan ini dan memahami makna dibalik satu kata “sabar”.