Mohon tunggu...
rico lepanbatan
rico lepanbatan Mohon Tunggu... -

Asli warga negara indonesia yang kini terus memantau berbagai kegiatan pembangunan di tanah air

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hatta, Sembako, dan Kesejahteraan Masyarakat

12 Juli 2013   14:48 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:39 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13736134571304636792

[caption id="attachment_254335" align="aligncenter" width="500" caption="Hatta Rajasa (www.tubasmedia.com)"][/caption] Bukan hal baru, harga berbagai kebutuhan pokok melambung tinggi jelang hari besar keagamaan, seperti Ramadhan dan Lebaran. Stok menipis, harga naik tajam. Entah, oknum atau siapa yang bermain di balik ini semua. Tapi yang jelas, pemerintah punya kewajiban untuk menjaga agar stok tetap ada, suplai stabil, sehingga harga kebutuhan pokok di pasar tidak naik tinggi-tinggi amat. Sebagaimana diketahui, harga sembako (sembilan bahan pokok) di pasar sudah naik berkali-kali lipat. Berbagai kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah maupun lembaga terkait lainnya, seperti operasi pasar, maupun gelaran pasar murah tidak membawa dampak penurunan harga sama sekali. Para pejabat negara, seperti Menteri Perdagangan Gita Wirjawan maupun Mentan Suswono yang sudah beberapa kali melakukan peninjauan ke pasar-pasar tradisional pun sekan tak berdaya. Kedatangan mereka bahkan kerap dibilang sebagai pencitraan semata. "Yang ada kalau salah satu menteri ke sini hanya pencitraan saja, tidak ada warning terhadap pedagang. Buat apa ke sini (pasar) kalau mantau harga yang tidak turun-turun," ujar salah seorang pedagang sembako di pasar Palmerah (http://www.merdeka.com/uang/harga-sembako-masih-tinggi-pejabat-ke-pasar-hanya-pencitraan.html). Lalu apa penyebabnya? Bisa saja permainan para spekulan yang memanfaatkan Ramadhan dan Lebaran untuk mencari keuntungan dengan menimbun atau memainkan harga. Atau bisa juga ada faktor lain, seperti kebijakan pemerintah terkait impor bahan pokok tersebut. Atau barangkali Mendag dan Mentan terlalu asik “bermain” politik sehingga lupa akan masyarakat yang menjerit ‘kelaparan’? Melihat kondisi ini, menurut saya sangatlah wajar jika Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa geram dan menegur Mendag maupun Mentan. Menko Hatta menekankan kedua menteri teknis tersebut untuk fokus dan fokus mencermati adanya permainan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab, sekaligus menstabilkan harga bahan pokok di pasar. Hatta sebagai menteri koordinator bidang perekonomian tentu tak bisa turun langsung mengeksekusi hal-hal teknis tersebut. Langkah Hatta untuk terus menekan kedua menteri tersebut setidaknya menjadi peringatkan bahwa urusan perut rakyat lebih peting dari sekadar “bermain politik”. Sebagaimana diberitakan sejumlah media massa nasional, Hatta menegaskan bahwa harga daging ayam dan daging sapi di pasar melonjak, akibat kebijakan impor sapi masih belum terealisasi. Entah apa yang sedang dilakukan Mentan hingga rekomendasi impor daging sapi ke Bulog belum juga terealisasi. Padahal kebijakan itu sudah diputuskan sejak 3 bulan yang lalu. Belum lagi soal kekurangan pasokan cabai rawit dan kebutuhan pokok lainnya di pasar. Ini tentu sangat mengganggu, apalagi bagi masyarakat yang sedang mempersiapkan hari raya Lebaran ini. Ketegasan Hatta di sini memang sangat diperlukan. Bukan sekadar cari muka sebagaimana yang dinilai sebagian orang. Hatta tegas demi kesejahteraan masyarakatnya. Ketegasan Hatta setidaknya telah membuka mata Mendag dan Mentan untuk lebih serius memperhatikan hal ini. Untuk tidak lagi menempatkan "politik" di atas kebutuhan dasar masyarakatnya. Bahwa, kesejahteraan masyarakat lebih penting dari politik yang hanya penting bagi pribadi atau golongannya. Perhatian besar dari Menko Hatta tersebut tentu tak lepas dari pemikiran dan pandangan Hatta yang jauh ke depan bahwa Indonesia akan menjadi negara yang maju jika ditopang oleh keluarga yang sejahtera. Untuk itu, jika keluarga dapat menjadi sejahtera, maka perlu ditopang pula oleh ekonomi keluarga kuat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun