Mohon tunggu...
rico lepanbatan
rico lepanbatan Mohon Tunggu... -

Asli warga negara indonesia yang kini terus memantau berbagai kegiatan pembangunan di tanah air

Selanjutnya

Tutup

Politik

Antara Kedewasaan dan Akrobat Politik Amien Rais

14 September 2013   18:11 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:54 1645
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1379156593947572822

[caption id="attachment_266031" align="aligncenter" width="780" caption="Foto: kompas.com"][/caption] Menyaksikan berita akhir-akhir ini, terutama soal sikap "inkonsisten" seorang politisi senior, Amien Rais kembali membuat saya bertanya-tanya. Apakah benar, Amien Rais adalah seorang tokoh reformasi yang 'sempat' saya kagumi itu? Apakah Amien adalah seorang politisi yang patut dicontoh apalagi dihormati? Setidaknya ada beberapa alasan yang patut diulas sebagai sikap tidak dewasa oleh seorang Amien Rais yang selanjutnya saya sebut AR ini. Ketua Majelis Pertimbangan Partai Amanat Nasional (PAN) ini pernah menyatakan akan mendukung duet Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo, dengan Ketua Umum PAN, Hatta Rajasa (HR) dalam bursa Calon Presiden (Capres) dan Calon Wakil Presiden (Cawapres) pada Pemilu Presiden (Pilpres) 2014 mendatang. AR bahkan menyebut kedua 'generasi baru' tersebut mirip-mirip dengan pemimpin pertama di negara ini, Soekarno dan Hatta. Ini lantaran, baik Jokowi maupun Hatta sama-sama punya kelebihan dan kemampuan yang sangat pantas untuk disatukan (duetkan). Di mata Amien (saat itu), HR disebut memiliki keunggulan dalam bidang perekonomian. Kata dia, HR adalah orang yang kuat memahami masalah-masalah ekonomi setelah sekian lama berkecimpung di pemerintahan. Ini mirip dengan kelebihan Bung Hatta dalam hal-hal yang berbau administrasi. Sementara Bung Karno adalah pemersatu bangsa, solidarity maker-meski AR malu-malu mendeskripsikan kelebihan Jokowi, tapi bisa disimpulkan bahwa, Jokowi mirip dengan Soekarno. Entalah, apakah ada tujuan tersembunyi dari pernyataan AR tersebut di atas. Tentu akan enak terdengar di telinga. Sangat dewasa dan positif, bahwa Amien adalah seorang "ayah" yang kini sadar akan masanya yang telah berlalu, dan akan menyerahkan estafet tersebut kepada generasi berikut, yakni HR. Hatta Rajasa akan disandingkan dengan Jokowi yang juga adalah pemimpin baru yang hadir dengan berbagai gebrakannya. Bahkan, dari berita yang juga santer beredar, AR pernah meminta secara khusus kepada Jokowi untuk berduet dengan HR, kader PAN tersebut. Tak hanya Jokowi, menurut AR, Hatta juga akan sangat cocok untuk dipasangkan dengan Prabowo Subianto. Menurut dia, kombinasi calon presiden Prabowo Subianto dengan HR merupakan kombinasi yang menarik. Ini menunjukkan bahwa AR sudah sangat yakin akan kemampuan HR untuk melanjutkan kepemimpinan bangsa ini. Namun, semua itu akhirnya berbalik 180 derajat. Kata-kata manis, masukan dan nasihat-nasihat yang kemudian disebut petuah tersebut ternyata hanyalah ucapan pemanis belaka dari lidah yang memang tak bertulang. Dalam pidato politiknya di tengah forum Rakernas PAN, Agustus lalu, AR menyerang habis prestasi ekonomi HR yang sebelumnya disanjung. Dalam sambutannya tersebut, AR bilang, kondisi ekonomi Indonesia saat ini masih memprihatinkan. Indonesia belum bisa lepas dari kemiskinan, pengangguran dan segudang masalah sosial lainnya. Amien bahkan menyindir HR dan pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan menyebut "bangsa Indonesia hidup bagai jongos di negeri sendiri. Tidak ada kemandirian, ekologi hancur-hancuran, kurang sustainable." Persis, kalau bisa dibilang, AR kini menjilat ludahnya sendiri. Dan tidak hanya HR menjadi 'korban' mulut manis AR. Jokowi yang tadinya disebut mirip Bung Karno pun diserang balik oleh AR. Selain mengkritik habis-habisan Jokowi saat menjadi wali kota Solo yang disebutnya walikota gagal, AR juga mengkritik gaya kepemimpinan "blusukan" Jokowi yang disebutnya hanya sensasi mencari popularitas dan perhatian masyarakat. Bahkan, kini AR bilang Jokowi tak pantas nyapres. AR meragukan etika politik Jokowi yang menurutnya akan lebih baik membuktikan janjinya saat berkampanye di Pilgub DKI tahun lalu. Apakah ini disebut etika politik santun versi AR? Lagi, AR ternyata seorang politisi yang plin-plan, tidak pernah konsisten pada pernyataannya, dan pandai memainkan akrobat politik disaat sedang galau. Ini pula menunjukkan kesan yang jelas terbaca, bawa AR ingin jadi matahari tunggal, baik di PAN maupun politik nasional. Padahal di PAN, saja pengaruh AR sudah jauh menurun, sementara di politik nasional, nyaris tak terdengar. Di sisi lain, regenerasi politik sangat dibutuhkan bangsa ini, makanya munculnya nama Jokowi dan Hatta layak dirayakan sebagai kemenangan kaderisasi politik. Tapi AR memiliki sifat tak mau disaingi. Di PAN ia "konsisten" menekan HR sejak beberapa waktu lalu. Kini Jokowi juga diperlakukan sama. Pertanyaannya, mengapa AR selalu iri dan tidak rela jika ada yang melebihi dia?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun