[caption caption="Saat menerima cendekiawan pengusul program pembangunan perpustakaan, di kantor DPR RI. (Foto Dokumen Pribadi)"][/caption]DPR RI merencanakan pembangunan Perpustakaan yang kabarnya terbesar se Asia Tenggara di komplek parlemen Senayan-Jakarta, program ini diambil beradsarkan pertimbangan dan usulan dari para cendekiawan Indonesia.
Adapun sejumlah kalangan yang mengusulkan proyek perpustakaan itu adalah pendiri Freedom Institute, Rizal Mallarangeng, ilmuwan sosial Ignas Kleden, politikus Partai Demokrat Ulil Abshar Abdalla, novelis sekaligus budayawan Ayu Utami. Kemudian, aktivis sosial budaya Nong Darol Mahmda, penggiat budaya atau pionir pustaka pedesaan Nirwan Arsuka, serta dosen universitas Paramadina Lutfhi Assyaukanie.
Tidak hanya itu, ketua DPR RI Ade Komaruddin juga melakukan rapat konsolidasi dan meminta pertimbangan para anggota dewan, terkait usulan tersebut, melakukan peninjauan khusus ke berbagai perpustakaan agar mendapatkan ide dan masukan yang komperehensif. Sehingga nantinya perpustakaan tersebut tidak menuai persoalan, sebab pembangunan yang didasari pertimbangan matang, konsepsi kritis, masukkan dari semua pihak dan menjaring asrpirasi dari para tokoh cendekiawan yang kapabel terhadap hal tersebut, maka akan menjadi pembangunan yang baik.
“Parlemen adalah sebuah lembaga yang menjadi simbol negara. Perpustakaan itu untuk parlemen dan seluruh rakyat Indonesia yang berkunjung. Kualitas parlemen Indonesia dan rakyat Indonesia dapat dilihat dari situ. Kita harus belajar ke negara-negara yang sudah maju. Dulu Amerika Serikat membuat perpustakaan terbesar di dunia pada saat ekonominya belum bagus. Ekonomi kita sekarang sudah cukup maju tapi belum juga mempunyai perpustakaan yang memadai” Terang Ade Komaruddin dalam sebuah akun resminya dimedia social facebook (Facebook: Dr H Ade KOmaruddin MH).
Apa yang diterangkan oleh ketua DPR Ade Komaruddin di atas merupakan jawaban atas kecurigaan beberapa orang yang menganggap pembangunan Perpustakaan tersebut yang dinilai janggal yaitu karena orang-orang ini menilai hal tersebut sangat dadakan. Tapi bagi penulis, persoalan dadakan atau usulan lama, bukanlah suatu persoalan, jika rencana tersebut adalah rencana yang baik yang merupakan suatu gagasan besar untuk memikirkan bangsa dan peradaban Indonesia jauh ke depan, maka seharusnya perlu sama-sama kita dukung. Lagi pula, rencana tersebut sudah melalui pertimbangan, masukan dan kajian yang mendalam.
Yang perlu kita perhatikan bersama adalah apa alasan pembangunan ini dilakukan dan apakah pembangunan perpustakaan tersebut baik untuk Indonesia serta apa manfaat perpustakaan bagi rakyat Indonesia. Pertanyaan-pertanyaan inilah yang harus menjadi bahan kajian dan rekonstruksi kita semua, sehingga dengan itu dapat kita pahami betul apa yang menjadi niat baik pemerintah. Sebab, tidak semua hal apa yang tengah dilakukan oleh pemerintah,
dalam hal ini ketua DPR RI Ade Komaruddin, merupakan persoalan politik. Sebab sepengetahuan penulis, Ade Komaruddin atau yang akrab di panggil Akom, merupakan mantan Aktifis mahasiswa yang cinta terhadap buku-buku, politisi yang tidak memiliki cacatan buruk dalam dunia perpolitik Indonesia, dan memiliki niat yang tulus membangun bangsa Indonesia menjadi bangsa yang besar dengan rakyatnya yang cerdas dan sejahtera.
Perpustakaan merupakan sebuah jembatan yang menghubungkan sebuah bangsa dengan peradaban baru kedepannya, yang menjadi jalan untuk manusia melihat dan memahami keadaan hidup sejarah-sejarah sekaligus kesdaran hidup tentang masa depan. Perpustakaan akan mempermudah proses pembangunan suatu bangsa, karena pada perpustakaan tersebutlah menjadi ‘kilang pengetahuan’ dan cara bagaimana membangun peradaban dan kehidupan bangsa yang lebih baik.
Perpustakaan merupakan jembatan yang menghubungkan masyarakat dan bangsa Indonesia dengan suatu peradaban yang baru, memberikan akses menuju ke suatu bangsa dan pemikiran para tokoh yang sebelumnya tidak pernah kita lihat serta kita tahu. Dengan demikianlah, maka bangsa dan generasi muda dapat mempelajarinya, mengkaji dan memahaminya. maka dapat kita prediksi sepuluh atau dua puluh tahun setelah perpustakaan tersebut di buat, Indonesia akan menjadi raksasa dunia, menjadi negara maju dan modern, menjadi negara dengan peradaban baru, dengan generasi yang cerdas dan pemerintahan yang baik.
Mudah-mudahan gagasan-gagasan besar dan baik seperti itu dapat diterima dan fahami dengan baik pula oleh rakyan Indonesia. Dan gagasan seperti ini harus menjadapat dukungan dan dorongan dari rakyat Indonesia, sebab program seperti ini bukan program parktis sesaat ayang sifatnya material, tetapi program jangka panjang atau oleh saya disebut program peradaban, yang sifatnya normative idealis untuk masa depan bangsa dan masa depan generasi. Semoga berjalan dengan baik, Amin.