Mohon tunggu...
Rico Adi Utama
Rico Adi Utama Mohon Tunggu... profesional -

Asli Piaman Laweh - Jurnalis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Adaik Lamo, Pusako Usang

6 Februari 2012   19:16 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:58 458
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1328555613411247716

"Ukua jo jangko kok tak tarang,

Susunan nenek moyang kito.

Dek rancak kilau loyang datang,

Intan disangko kilek kaco"

Melirik Moril dan pendidikan pemuda/i di Minangkabau, sungguh sangat menyedihkan! Semboyan ABS-SBK (Adaik Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah) serta Syarak Mangato, Adaik Mamakai, kini hanya tinggal dibilik perpustakaan budaya saja.

Ninik Mamak cenderung tidak berfungsi lagi, baik dalam mendorong kebijakan maupun mengajar dan mendidik anak kemenakan. Maka, tidak bisa dihindari, sang mamak pun tidak memiliki harga diri, apalagi untuk ditiru.

“Dek Rancak Kilau Loyang Datang, Intan Disangko Kilek Kaco”. Karena, sangat menarik dan menghasikkannya budaya dan trendy barat, style Minangkabau tertinggal seiring waktu yang semakin kencang.

Sulit kita dengar saat ini, seseorang dengan bangganya mengakui asli orang Minangkabau, dengan sikap dan tindakan nyata mereka. Karena, kalau mereka akui, maka terkesan kuno ataupun ketinggalan trendy masa kini.

Baju taluak balango, kopiah nasional ala Minangkabau menjadi pakaian orang tertentu saja, mungkin bisa disebut orang yang akan shalat atau Buya/ Ustad. Bagi anak muda, lebih bangga memakai levis merk Negara terkemuka, yang diluar sana digunakan oleh seorang peternak kuda dan setiap pagi harus memandikan kudanya. Lalu, memakai sebo atau topi pet, yang membuat seseorang makin percaya diri dan dikatakan Laki.

Lain lagi, perempuan masa kini. Pakaian yang setengah jadi alias baju diatas pusar serta dikombinasikan dengan rok mini diatas lutut, menjadi pakaian yang terkesan elegent menurut mereka. Sehingga, walau harganya yang mahal untuk mendapatkannya, tetap saja selera makin menggunggah rasanya.

Begitulah sekelumit, gaya anak muda di Minangkabau, yang perlu mendapat perhatian dari berbagai lini dan kalangan, terutama Ninik Mamak yang masih perduli, dan pemimpin serta instansi yang masih melek dengan budaya sendiri.

Budaya “Angguk Geleng-geleng” bercengkrama di diskotik, menjadi sebuah icon kebanggaan para orang yang mabuk asmara dengan narkoba. Jangankan efeknya yang luar biasa merusak moril, biaya untuk mendapatkannya pun terbilang cukup mahal. Bilang saja namanya Pil Koplo, minuman topi miring, anggur merah, ganja (biasanya untuk truk di Sitinjau lauik), serta banyak lagi pilihannya. Ini terbukti, dari beberapa kali gebrekan Satpol PP di Sumatera Barat, dan Kota Padang khususnya. Mirisnya lagi, juga dilokasi “Angguk Geleng-geleng” itu ditemukan manusia zaman purba (wanita tak berbaju) dengan santainya menari didepan om-om yang berkantong tebal.

Hal ini menjadi diskusi hangat saya dengan Ketua MT-KAAM Sumatera Barat H.Irfianda Abidin, lewat selulernya beberapa waktu yang lalu. Dengan tegas ia menyebutkan, “Kami MT-KAAM berusaha meminimalisir dan kalau dapat membumi haguskan Pekat (Penyakit masyarakat) di Minangkabau ini. Sehingga terwujud, masyarakat Minangkabau yang Islami dan sesuai dengan landasan Alquran dan Hadist,”Menurutnya.

Sebenarnya, kalau perlu jujur. Diantara, perang moril dan budaya ini, masih ada lembaga dan sekelompok ataupun perorangan yang memiliki nurani untuk peduli dengan perubahan yang lebih baik demi Minangkabau. Namun, anehnya Pemerintah di Sumatera Barat (Pemrov – Pemkab/Pemko), sangat minim sekali mendukung secara rill kegiatan kepedulian itu dan hal ini terbukti anggaran dan program pendidikan kearaah pelestarian budaya Minangkabau serta pengamalan khazanah keislaman sangat minim sekali.

Bukan itu saja, keadilan hak adat Minangkabau perlu ditegakkan. Karena sudah banya study kasus, bahwa penyelewangan terhadap Hak adat minangkabau telah dikangkangi oleh beberapa pihak termasuk didalamnya Pemerintah daerah yang “basipakak”, salah satunya masalah tanah ulayat.

Adaik Lamo Pusako Usang, Mambangkik Batang Tarandam. Semuanya orang yang peduli, tentunya berharap. Nilai kasih kepedulian terhadap kelestarian adat Minangkabau dapat terwujud hendaknya. Sehingga, masa depan nanti khususnya Sumatera Barat menjadi Provinsi yang menabur beragam pahala dan ramai dengan mudi mudi yang islami serta cendekiawan yang arif dan bijaksana. Insya Allah.

***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun