Mengawali dengan berjalan santai kemudian sayup-sayup mendengar 'tahu gini kan tadi bisa makan dulu'.
Awalnya tidak terpikir memang, mengapa perhatian kepada ungkapan itu sangat ingin untuk saya pikirkan.
Rasa sesal atau apa dirasakan orang tersebut, saat mendapat kesempatan untuk sarapan malah tercecer karena terpacu dengan janji entah waktu.
Menunda bagi sebagian kita mungkin menyenangkan, merasa mampu bertaruh dengan waktu atau harus menunda dulu baru pemantik semangat itu datang dan lain-lain.
Alasankah itu, dengan segala keterbatasan diri 'tidak bisa saya katakan tidak'. Karena setiap insan pastilah dapat menjelaskan tentang apa dirinya melakukan penundaan.
Anak Muda
Selagi masih muda, begadang dalam menyelesaikan pekerjaan sampai larut memanglah wajar. Namun yang terpenting, selagi masih muda janganlah terlalu membiasakan diri untuk menunda-nunda pekerjaan.Â
Manusia, baik apa agamanya, sukunya sampai apa status sosialnya, sama-sama memiliki hal yang harus ia kerjakan. Kemudian baik tidaknya yang ia kerjakan turut mempengaruhi bagaimana sikap ia kedepan.
Jika sejak dini tidak membiasakan menunda pekerjaan, maka sampai saatnya nanti ia berkembang, memiliki keputusan 'kalau masih bisa ditunda, kenapa enggak', tidak akan hadir dalam dirinya, misal pun ada kemungkinannya kecil.
Kesadaran
Tradisi tersebut, bagi sebagian kita memiliki penilaian buruk dan ini tentu bisa ditekan jika manusianya memiliki kesadaran bahwa hal apapun yang ia tunda selain merugikan dirinya sendiri, juga merugikan orang sekitarnya.Â