Bung Tomo merupakan tokoh pemuda yang terkenal karena heroismenya dalam membangkitkan semangat rakyat untuk melawan kembalinya penjajah Belanda melalui tentara NICA (Inggris dan sekutu). Heroisme Bung Tomo tidak bisa dipisah dari pertempuran 10 November 1945 yang hingga kini diperingati sebagai Hari Pahlawan. Atas jasa-jasa perjuangannya, Bung Tomo didaulat sebagai Pahlawan Indonesia pada 10 November 2008.
Sebagai seorang jurnalis, pada Oktober dan November 1945, Bung Tomo berusaha membangkitkan semangat rakyat Surabaya melalui radio-radio untuk memperjuangkan darah kemerdekaan.
Puluhan ribu bahkan ratusan ribu rakyat Indonesia tewas karena melakukan perjuangan maupun disiksa olehpenjahat-penjahat Belanda, Inggris cs dan Jepang selama menjajah nusantara. Teruntuk bagi para pejuang kemerdekaan, mereka rela meninggalkan istri, anak, orang tua, harta untuk merebut kemerdekaan. Hal terbesar adalah mereka mengorban keringat, darah bahkan nyawa untuk membela, memperjuangkan rakyat Indonesia bebas dari belenggu penjajahan, penindasan.
Seberapa pentingkah kemerdekaan bagi rakyat Indonesia pada saat itu? Hanya satu kalimat “Merdeka atau Mati!”. Merdeka dalam artian merdeka secara politik, berdirikari dalam bidang ekonomi, dan terbebasnya belenggu penindasan dan kemiskinan. Untuk mencapai itu semua, segenap rakyat Indonesia dari sabang ampai marauke yang terjajah oleh Belanda selama 350 tahun terus berjuang dan bertempur. Semua suku melakukan usaha yang sama untuk mengusir penjajahan (Belanda, Jepang, NICA). Atas darah, nyawa dan harta, maka berdirilah NKRI yang merupakan hasil perjuangan segenap bangsa Indonesia. Berdirinya NKRI merupakan hasil akumulasi perjuangan atas segenap suku, agama dan kelompok di Indonesia.
Pahlawan Masa Kini
Sudah 66 tahun Indonesia merdeka, sudah 13 tahun pula reformasi bergulir, namun masih berjuta-juta rakyat Indonesia belum layak disebut merdeka. Mereka hidup dibawah kerangkengan nasib hidup yang tidak menentu. Tiada rumah seindah istana, yang ada hanyalah gubuk reyok atau dinding-dinding karton di bawah jembatan. Ditengah puluhan juta angka kemiskinan dan pengangguran sertautang negara yang membengkak, korupsi merasuk di setiap lini kehidupan. Distorsi penegakan hukum terjadi, yang kaya dan berkuasa dapat bebas dari dakwaan, sementara yang miskin dan tiada kuasatidak berdaya menghadapi penguasa.
“Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa-jasa pahlawannya”
—Bung Karno – Pidato Hari Pahlawan 10 Nop. 1961—
Berbagai aduan kasus pidana yang melanda penguasa tidak tersentuh oleh penegak hukum (Dana Pilpres 2004danDana Pilpres 2009). Kuncurandana bailout Centuryyang membengkak hingga Rp 6.7 triliun menjadi salah satu kasus yang belum terkuak. Bagaimana pula dengan dugaan kriminilasipara pimpinan KPK? Jika demikian, apakah masih perlu kita repot-repot mengadakan peringatan Hari Pahlawan 10 November? Bukankah lebih baik kalau perhatian kita dicurahkan kepada pemberantasan korupsi, yang sudah jelas-jelas mendatangkan kerusakan parah di bidang moral, dan menyebabkan kerugian begitu besar kepada negara dan rakyat? Apakah peringatan Hari Pahlawan masih ada artinya, ketika persatuan dan kesatuan bangsa kita sedang dikoyak-koyak oleh berbagai sentimen negatif kesukuan dan dikotori pertentangan agama?
Degradasi moral, perilaku diskriminatif serta koruptif merupakan masalah tersendiri. Namun, peringatan Hari Pahlawan merupakan momen yang sama pentingnya selama seluruh rakyat Indonesia mendapat esensi peringatan tersebut. Apa itu? Semangat revolusioner, semangat berjuang, semangat berkorban dan berkarya bagi bangsa dan negara. Itulah esensi. Itulah nilai moral yang harus ditanamkan pada rakyat, terutama para pemimpin. Janganlah mencari ‘makan’, ‘intan permata’, ‘prestise’ di kursi kekuasaan.
Karena situasi negara dan bangsa sudah begini bobrok, maka kita semua perlu mengangkat tinggi-tinggi jiwa agung dan revolusioner yang terkandung dalam Hari Pahlawan. Salah satu tokoh nasional yang paling menonjol dalam mengangkat arti para pahlawan dalam perjuangan pembebasan bangsa adalah Bung Karno. Dalam pidato Hari Pahlawan 10 November 1961, Presiden Soekarno berpesan “Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa-jasa pahlawannya“.