Mohon tunggu...
rico irawan
rico irawan Mohon Tunggu... lainnya -

insan pengembala hati

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Alergi Antibiotik, Kulit Melepuh

11 Maret 2013   19:22 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:58 1679
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Sering kita jumpai keadaan kulit yang terjadi kelainan, diakibatkan oleh infeksi (bakteri, virus, dll) dan trauma (luka bakar), dan juga tidak sedikit karena reaksi alergi, yang diagnosis efloresensinya sulit ditegakkan. Kali ini membicarakan alergi menjadi topik utama. Rekasi alergi tidak hanya karena alergi benda-benda asing seperti, logam, iritan, dan makanan. Tentu hal ini berkaitan dengan kulit tanpa menyingkirkan adanya riwayaat atopi (genetik), dermatitis.

Dalam studi anaka dan dermatologi (ilmu kulit) ditemukan suatu sindrom atau kumpulan dari gejala yang disebabkan oleh adanya alergi obat. Biasanya obat setelah diserap di usus hingga terjadi target obat tersebut, akan mengakibatkan suatu reaksi setelah terjadi proses farmakokinetik (kerja obat dalam sel). Di kapiler akan terbentuk agregasi berupa benda asing yang mengakibatkan reaksi hipersenditivitas, terutama tipe III dan IV, rekasi alergi. Ada juga yang menyebutkan adanya reaksi autoimun. Pada umumnya berkaitan denganrespon tubuh yang berlebihan terhadap zat asing. Hampir seperti reaksi alergi, tetapi bentuknya khas dan lebih berat. Beberapaobatdilaporkan dapat menyebabkan reaksi ini, terutama adalah obat-obat anti inflamasi non steroid (NSAID) dan golongan sulfa, antibiotik. Selain itu unsurmakanan, cuaca, infeksi(jamur, virus, bakteri) juga didiuga dapat merupakan faktor penyebab.

‘Suatu kasusu di lapangan, seorang anak 7 th menderita sakit gigi, kemudian diberikan antibiotik oral, beberapa hari kemudian, terjadi kulit melpu, gatal, dan sulit untuk makan. Dan sempat diberikan antibiotik lagi, namun tidak ada efek perubahan membaik.’ Berkaitan denagn obat antibiotik menyebabkan reaksi alergi.

Secara medis, gejala permasalahan di atas disebut sindrom Steven Johson (SJS). Namun hampir sama dengan penyakit toxic epidermal necrolysis (TEN) . Untuk membedakannya, SJS ditandai dengan < 10% pada permukaan tubuh dan melibatkan dua atau lebih mukosa.   Sedangkan, TEN > 30% dengan terlihat hilangny kulit luar seperti erosi dengan melibatkan mukosa juga. Kerusakan kulit mirip dengan luka bakar menimbulkan sepsis, thermodysregulation, ketidak seimbangan cairan dan elektrolit, serta melibatkan organ dalam, seperti mengakibatkan sulit makan karena terjadi inflamasi pada saluran pencernaan atas (mukosa). Kedua SJS dan TEN dianggap terjadi gangguan mediasi sel T dimana menghasilakn apotosis (kematian sel) dan nekrosis keratinosit (hancurnya sel kulit).

Tidak menutup kemungkinan, ketika terjadi suatu reaksi imun, terjadi pula infeksi akibat bakteri. Misalnya ditemukannya juga infeksi pada mata, bengkak pada mata. Oleh karena itu suatu penyakit tidak serta merta muncul satu persatu, bisa saj secara berbarenagn. Wallahu a’lam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun