Kasus pembunuhan Eno Fariah, memasuki babak baru setelah kasusnya disidangkan di pengadilan. Berbagai alibi baru muncul di pengadilan. Salah satu alibi baru tersebut tak lain adalah salah satu saksi mahkota R, menyebut bahwa RA bukan otak dibalik terbunuhnya Eno. Bahkan R menyebut Dimas adalah aktor intelektual dibalik terbunuhnya Eno pada Jumat malam, 13 Mei 2016. Dimas adalah teman sekolah RA.
Bahkan alibi ini pun  terus diciptakan. Ayah terdakwa RA, pacar Eno, yang secara terang-terangan menyebut bahwa pada malam itu, RA ada di rumah dan tidak kemana-mana. ‘’Anak saya tidur di sebelah saya. Demi allah, ini bulan puasa. Saya ini muslim, saya tidak bohong’’ kata Nahjudin, ayah RA (16), pacar Eno. Bahkan alibi lain yang terungkap pula dipersidangan disebut bahwa Eno menjual handphone nya kepada Dimas dengan harga Rp. 10.000.
Namun majelis hakim yang memimpin sidang kasus ini dengan terdakwa RA tak perlu terkecoh akibat munculnya alibi-alibi baru tersebut. Karena dari kronologi awal diketahui bahwa pada Jumat malam, 13 Mei 2016, RA mengirim pesan kepada Eno, pacarnya, bahwa ia ingin bermain di kamarnya Eno. Pesan itu kemudian berbalas Eno mengizinkan pacarnya RA masuk ke dalam kamar dan Eno pun memberi tahu kepada RA bahwa kamarnya yang tak tertutup rapat.
Setelah tiba, di dalam kamar, RA langsung bercumbu mesra dengan Eno, Tetapi ketika RA mengajak pacarnya berhubungan badan, Eno menolaknya lalu kemudian RA ke luar kamar dan di luar kamar RA bertemu dengan R dan IH. Setelah itu salah satu pria yang ditemuinya di luar kamar , IH langsung masuk dan membekap Eno, R memegangi kaki Eno, dan RA disuruh IH mencari pisau ke dapur tetapi RA kembali dengan tangan kosong.Â
RA kemudian disuruh mencari apa saja yang ada di luar untuk di bawa masuk ke dalam kamar, dan ditemukanlah cangkul , oleh RA di bawa masuk dan ditancapkannya di organ vital pacarnya sendiri. Ini sedikit flash back.
Nah, Pada Jumat malam, 13 Mei 2016, Jelas-jelas RA tidak sedang berada di rumahnya dan ini sangat bertolak belakang dengan apa yang dialibikan oleh ayahnya. Buktinya , pada malam itu, RA dan Eno sempat berkirim pesan pendek (SMS), dan Eno mengizinkan RA yang merupakan pacarnya masuk ke dalam kamarnya bahkan hingga keduanya bercumbu mesra di dalam kamar itu.
Nah sekarang kalau di persidangan dimunculkan alibi baru lagi, pada Jumat malam, 13 Mei 2016, RA tidak berada didalam kamar itu, maka pertanyaannya adalah siapakah yang bercumbu mesra dengan Eno pada malam itu?
Apakah itu pria lain selain RA? Menurut saya ini sangat di luar akal sehat dan terlalu prematur untuk mengatakannya. Eno justru tidak akan mengizinkan pria manapun masuk ke dalam kamarnya kecuali pacarnya, karena Eno sangat pemilih soal pacar, terlebih lagi sudah ini pukul 23:30 Wib.
Terlebih lagi diketahui bahwa semasa hidupnya, Eno disukai oleh para pria, itu artinya parasnya cukup lumayan cantik. Tetapi mesikpun Eno disukai oleh banyak pria, Eno tak asal terima cinta dari para pria yang mendekatinya tersebut. Eno adalah sosok yang sangat pemilih soal pacar. Ini terlihat dari IH dan R yang mengaku sakit hati dengan Eno lantaran cintanya bertepuk sebelah tangan. Dan pacar Eno hanya RA.
Berangkat dari alibi baru yang diciptakan oleh ayah RA membuat saya kembali berpikir bahwa ini adalah kebiasaan untuk meloloskan seseorang dari jeratan hukum. Tak masalah mau mengatakan bahwa pada malam itu RA tidur di sampingnya (ayahnya) dan tidak ke luar rumah, tetapi apakah ini bisa dibuktikan bahwa pada Jumat malam sekitar pukul 23:30 , RA masih tidur di samping ayahnya, dan tidak ke luar rumah setelah ayahnya tertidur pulas? Tak ada jaminan.
Ayah RA harusnya mengingat betul apakah RA benar-benar tidak ke luar rumah sama sekali pada Jumat malam, 13 Mei 2016? Ayah RA harus pula kembali mengingat dan mengatakan dengan jujur pukul berapa ia tidur pada malam itu (Jumat malam, 13 Mei 2016) ?